Proyek infrastruktur ditunda, cashflow emiten konstruksi bisa lebih lega



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor konstruksi berperan besar dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia. Namun, disaat rupiah terdepresiasi, aktivitas sektor konstruksi yang kerap melakukan impor bahan baku bisa memperlebar memperlebar defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD).

Pemerintah pun berencana menunda sejumlah proyek infrastruktur guna menekan nilai impor. Para analis menilai, rencana pemerintah tersebut tidak selalu berdampak buruk bagi saham sektor konstruksi. Meski kini harga saham sektor konstruksi turun dalam, analis memproyeksikan, potensi upside masih terjadi di akhir tahun.

Wijen Ponthus, analis Royal Investium Sekuritas Indonesia mengatakan, penundaan rencana pembangunan infrastruktur bisa berdampak positif bagi emiten sektor konstruksi untuk sedikit bernapas mengelola cashflow. Maklum, risiko cashflow di sektor konstruksi cukup tinggi karena leverage sektor ini yang juga tinggi.


"Semakin banyak proyek infrastruktur dari pemerintah yang digarap maka cashflow seringkali negatif karena pembayaran pemerintah yang terlambat, tetapi jika pembangunan infrastruktur ditunda maka cashflow mereka yang buat membangun jadi tidak terpakai dan otomatis bagus untuk cashflow mereka," kata Wijen, Jumat (2/11).

Meski tak dipungkiri, keputusan pemerintah tersebut bagaikan pisau bermata dua. Satu sisi tertundanya proyek infrastruktur membuat proyeksi pendapatan sektor konstruksi bisa menurun.

Namun, seberapa besar penurunan yang mungkin terjadi di-bottom line sektor ini, para investor masih menunggu keputusan pemerintah dalam menentukan proyek yang tertunda dan berapa lama akan menunda proyek infrastruktur tersebut.

"Saya rasa rencana pemerintah tersebut bisa jadi sentimen positif selama proyek yang ditunda adalah proyek yang tidak menghasilkan kerugian yang signifikan pada keuangan perusahaan atau proyek yang break event-nya panjang," kata Wijen

Secara teknikal. Wijen menganalisis harga saham sektor konstruksi yang saat ini sudah turun tajam berpotensi naik di akhir tahun.

"Harga saham sektor konstruksi yang sedang downtrend bisa dimanfaatkan untuk akumulasi beli," kata Wijen. Menurut Wijen, apapun keputusan pemerintah ke depan, secara teknikal hal tersebut akan berdampak positif ke sektor konstruksi.

Diantara saham sektor konstruksi, Wijen menjagokan saham PT Waskita Karya Tbk (WSKT). Sebab pertumbuhan kinerja WSKT hingga kuartal III 2018 tumbuh 53,77% secara tahunan mencapai Rp 4,49 triliun.

Ia merekomendasikan buy saham WSKT dengan target harga 1.750 per saham di akhir tahun ini.

Wijen merekomendasikan saham PT Adhi Karya Tbk (ADHI). Sebab, pendapatan emiten ini di kuartal III 2018 tumbuh 8,2% secara tahunan menjadi Rp 9,43 triliun. Sedangkan, laba bersih tumbuh 63,62% di periode yang sama menjadi Rp 335,53 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat