JAKARTA. Proyek migas Jambaran Tiung Biru (JTB) hingga saat ini masih jalan di tempat. Masalahnya belum ada kesepakatan harga gas antara PT Pertamina (persero) dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Padahal jika tidak segera dikembangkan, keekonomian proyek tersebut akan semakin turun. Direktur Utama PEPC, Adriansyah pernah mengatakan, jika onstream lapangan JTB mundur setahun dari jadwal onstream maka akan ada penurunan keekonomian sebesar 1%-2%. Penurunan keekonomian tersebut dipengaruhi oleh Net Present Value (NVP) yang turun dan tidak adanya fresh money. Untuk itu, Pertamina membutuhkan PLN untuk bisa mencapai kesepakatan harga agar ada kejelasan pembeli gas dari lapangan JTB. "JTB perlu PLN untuk menyerap gas agar proyek bisa dikembangkan,"ujar Ardiansyah kepada KONTAN, Senin (24/7).
Proyek Jambaran Tiung Biru masih jalan ditempat
JAKARTA. Proyek migas Jambaran Tiung Biru (JTB) hingga saat ini masih jalan di tempat. Masalahnya belum ada kesepakatan harga gas antara PT Pertamina (persero) dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Padahal jika tidak segera dikembangkan, keekonomian proyek tersebut akan semakin turun. Direktur Utama PEPC, Adriansyah pernah mengatakan, jika onstream lapangan JTB mundur setahun dari jadwal onstream maka akan ada penurunan keekonomian sebesar 1%-2%. Penurunan keekonomian tersebut dipengaruhi oleh Net Present Value (NVP) yang turun dan tidak adanya fresh money. Untuk itu, Pertamina membutuhkan PLN untuk bisa mencapai kesepakatan harga agar ada kejelasan pembeli gas dari lapangan JTB. "JTB perlu PLN untuk menyerap gas agar proyek bisa dikembangkan,"ujar Ardiansyah kepada KONTAN, Senin (24/7).