Proyek kereta cepat perlahan melaju



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Terkatung-katung hampir dua tahun lebih, nasib megaproyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung perlahan mulai melaju. Setidaknya, Bank Pembangunan China atau China Development Bank (CDB) mulai mengucurkan dana pinjaman tahap pertama untuk megaproyek tersebut, pekan lalu.

Tumiyana, Direktur Utama PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), mengungkapkan, CDB telah mengucurkan pinjaman sekitar US$ 170 juta atau setara dengan Rp 2,28 triliun. WIKA adalah salah satu BUMN anggota konsorsium kontraktor Pembangunan Kereta Cepat Jakarta Bandung (HSRCC).

Namun, memang, dana pinjaman tahap awal yang sudah cair itu relatif kecil. Nilai itu hanya sekitar 15% dari komitmen pinjaman tahap pertama yang bernilai US$ 1 miliar. Adapun nilai total pinjaman yang dijanjikan CDB untuk proyek ini US$ 5,9 miliar atau setara sekitar Rp 81 triliun. Kendati "kecil", Tumiyana berjanji, pihaknya akan mempercepat pelaksanaan konstruksi proyek kereta cepat setelah cairnya pinjaman. 


Saat meninjau proyek tersebut, Menteri BUMN Rini Soemarno optimistis bahwa pembangunan proyek ini bisa dipercepat, sehingga kereta cepat bisa beroperasi Maret 2021. Apalagi, hambatan pembebasan lahan untuk proyek  ini mulai teratasi.

Merujuk data PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), proses pengadaan lahan proyek ini mencapai 64,2%. Kini, sekitar 35,8% lahan yang belum terbebaskan yang berada di 22 titik lokasi.

Toh, Rini optimistis kendala lahan bisa teratasi. "Memang terlambat dari jadwal akhir April kemarin, tapi kami yakin pembebasan lahan di 22 titik bisa selesai akhir Mei ini," tandasnya, Rabu (2/5).

Selain hambatan pengadaan lahan yang mulai teratasi,  konstruksi proyek ini juga sudah mulai berjalan. Salah satunya, pembangunan terowongan sepanjang 16.375 meter di kawasan Halim, Jakarta Timur, serta terowongan Walini, Bandung Barat. Dua Lokasi ini tergolong krusial bagi kelangsungan pembangunan proyek kereta cepat.

Mencairkan utang lagi

Agar proyek bisa berjalan lebih cepat, Rini berjanji akan terus mengawal pelaksanaan proyek. Termasuk, mengupayakan agar dana pinjaman  selebihnya dari CDB untuk proyek ini bisa cair lebih cepat dan secara bertahap. Dalam dua sampai tiga bulan ke depan, proyek ini akan menarik lagi seluruh sisa alokasi pinjaman tahap pertama dan menggenapinya sehingga menjadi senilai US$ 1 miliar.

Pinjaman tersebut akan digunakan untuk membayar kontraktor pembangunan proyek ini, baik kontraktor dari China maupun kontraktor Indonesia. "Kami tetap hati-hati, kami akan menarik secara bertahap dan saat butuh saja supaya tidak terkena beban bunga," katanya.

Selain pembangunan sarana fisik proyek kereta cepat, pemerintah juga mulai menyiapkan calon pengelola kereta cepat Jakarta-Bandung. Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) Edi Sukmoro mengungkapkan, pemerintah dan KAI tengah mendiskusikan calon pengelola kereta cepat Jakarta-Bandung.

Edi menyatakan, KAI termasuk salah satu kandidat pengelola kereta cepat Jakarta-Bandung. "Memang sedang didiskusikan dengan pemerintah. Tapi tampaknya KAI yang akan mengelola opersionalnya," klaimnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati