JAKARTA. Maraknya proyek pembangunan kilang dan peningkatan produksi kilang minyak memicu investor petrokimia berbondong-bondong ke Indonesia. Menurut data Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik (INAplas) kebutuhan produk petrokimia 1,6 juta ton per tahun, tapi produsen dalam negeri baru mencukupi setengahnya.Wakil Ketua Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik (Inaplas) Suhat Miyarso mengatakan, produksi produk petrokimia dalam negeri baru sebesar 800.000 ton per tahun. "Padahal setiap tahun permintaan naik 5%-6%, mengikuti pertumbuhan industri hilir," kata Suhat, Selasa (7/3). Dia mengungkapkan, industri hilir yang memakai produk petrokimia dipacu industri makanan dan minuman yang banyak memakainya untuk pembuatan kemasan.Selain swasta, yakni Chandra Asri, pemerintah lewat Pertamina rencananya mulai bermain di industri petrokimia. "Akan integrasi dari refinery ke nafta. Kemudian diolah lagi ke olefin dan poliolefin. Realisasi perlu 4 tahun-5 tahun lagi," kata Suhat.
Proyek kilang picu investasi di petrokimia
JAKARTA. Maraknya proyek pembangunan kilang dan peningkatan produksi kilang minyak memicu investor petrokimia berbondong-bondong ke Indonesia. Menurut data Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik (INAplas) kebutuhan produk petrokimia 1,6 juta ton per tahun, tapi produsen dalam negeri baru mencukupi setengahnya.Wakil Ketua Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik (Inaplas) Suhat Miyarso mengatakan, produksi produk petrokimia dalam negeri baru sebesar 800.000 ton per tahun. "Padahal setiap tahun permintaan naik 5%-6%, mengikuti pertumbuhan industri hilir," kata Suhat, Selasa (7/3). Dia mengungkapkan, industri hilir yang memakai produk petrokimia dipacu industri makanan dan minuman yang banyak memakainya untuk pembuatan kemasan.Selain swasta, yakni Chandra Asri, pemerintah lewat Pertamina rencananya mulai bermain di industri petrokimia. "Akan integrasi dari refinery ke nafta. Kemudian diolah lagi ke olefin dan poliolefin. Realisasi perlu 4 tahun-5 tahun lagi," kata Suhat.