Proyek migas skala jumbo berjalan lambat



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah proyek migas skala besar sudah mulai berjalan. Namun, kemajuan proyek-proyek besar tersebut masih sangat lambat. Salah satu proyek besar yang diharapkan segera berjalan adalah proyek ultra laut dalam alias Indonesia Deep Water Development (IDD) tahap kedua untuk Lapangan Lapangan Gendalo dan Gehem.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Djoko Siswanto mengatakan, proposal plan of development (POD) Gendalo-Gehem akan diajukan pada Juni 2018 ini. "Kami sedang menunggu proposalnya," jelas Djoko, akhir pekan lalu.

Menurut Kepala Divisi Program dan Komunikasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Wisnu Prabawa Taher, proyek Gendalo-Gehem masih dalam tahap pre front end engineering design (pre feed) dan diharapkan bisa selesai pekan ini. "Mudah-mudahan pekan depan conclude," kata Wisnu ke KONTAN, Jumat (22/6).


Selain proyek Gendalo-Gehem, proyek Blok Masela juga berjalan lambat. Wisnu mengungkapkan, proyek Blok Masela juga masih dalam tahapan pre feed.

Mohammad Berli, Advisor Corp Service & Act. Senior Manager Corporate Responsibility Inpex Indonesia mengatakan, targetpre feed Blok Masela selesai pada akhir tahun 2018. Makanya sampai saat ini Inpex belum melakukan pembebasan lahan untuk lokasi kilang LNG.

Bahkan, Inpex belum menentukan lokasi tepatnya kilang liquefied natural gas (LNG) Blok Masela akan dibangun di Maluku Tenggara Barat. "Lokasi kilang belum ditentukan. Saat ini kami melakukan survei pre feed," ujar Berly.

Penentuan lokasi kilang LNG baru akan ditentukan setelah pre feed selesai. Menurut Berly, pre-feed adalah langkah kunci yang diperlukan untuk merumuskan revisi POD 1 (rencana pembangunan pertama) yang akan diserahkan ke Pemerintah Indonesia untuk melanjutkan pengembangan proyek LNG Abadi. "Pre feed akan mempertimbangkan dan merumuskan syarat dasar untuk desain kilang dan fasilitas lain. Analisis hasil pre feed juga mengkaji potensi lokasi pembangunan kilang di Maluku Tenggara Barat," ujarnya.

Adapan Blok East Natuna juga belum berjalan setelah Pertamina ditinggal patnernya, yakni ExxonMobil, Petronas dan PTT EP Thailand. East Natuna adalah proyek gas jumbo dengan cadangan gas 46 trilion cubic feet (tcf). Pertamina masih mencari mitra baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini