Proyek molor ganggu target kinerja SHID



JAKARTA. PT Hotel Sahid Jaya Internasional Tbk (SHID) terpaksa mengerem laju ekspansi usahanya tahun ini. Pasalnya, hingga kini pemilik jaringan Hotel Sahid tersebut masih belum mengantongi dana untuk membiayai belanja modalnya.

Sahid Jaya menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) tahun ini senilai Rp 100 miliar. Sebanyak 30% dari capex itu dipenuhi dari kas internal. Sementara 70% dari porsi belanja modal diupayakan dari pendanaan eksternal.

Tahun ini SHID menganggarkan capex senilai Rp 100 miliar. Sekitar 30% dari kebutuhan dana tersebut dipenuhi dari kas internal, sisanya dari pendanaan eksternal. Hingga saat ini perseroan masih mengkaji apakah pendanaan eksternal tersebut adalah kombinasi dari pinjaman bank dan dana dari pasar modal. Atau hanya salah satunya saja.


Yang jelas, “Saat ini kami sedang dalam proses negosiasi dengan perbankan,” kata Muhamad Nurdin, Direktur Keuangan Sahid Jaya, kepada KONTAN, kemarin (17/7).

Manajemen SHID menargetkan kebutuhan dana belanja modal tahun ini paling lambat akan diperoleh pada kuartal IV mendatang. Maklum, emiten perhotelan ini sudah menyiapkan rencana ekspansi usaha yang dibiayai dari dana belanja modal itu.

Rencananya perseroan akan menggunakan sebesar 60% dari capex tersebut untuk membiayai renovasi 620 kamar Hotel Grand Sahid Jaya. Sedangkan 40% lagi buat merenovasi ruang lobi hotel.

Nah, Sahid menargetkan, seluruh kegiatan renovasi tersebut tuntas tahun ini. Namun sampai saat ini SHID baru menyelesaikan 20% dari total proyek.

Tadinya seluruh renovasi ditargetkan akan selesai pada tahun ini. Namun hingga saat ini perseroan baru menyesaikan dibawah 20% dari target renovasi tahun ini. "Penyelesaian akan sedikit mundur sehingga seluruh renovasi akan selesai pada pertengahan 2012,” jelas Nurdin.

Yang jelas, tarif sewa kamar Hotel Grand Sahid Jaya pasca renovasi bisa di atas Rp 1 juta per kamar semalam. Sehingga, target rata-rata pendapatan sewa kamar hotel sebesar Rp 500.000 per kamar pada tahun ini dapat tercapai. Angka ini naik dari pencapaian 2010 sebesar Rp 450.000.

Kenaikan tarif kamar tersebut adalah salah satu penunjang pertumbuhan kinerja tahun ini. Manajemen SHID menargetkan pendapatan tahun ini bisa mencapai Rp 162,34 miliar, atau naik 30,94% dari capaian tahun lalu.

Perseroan ini juga menargetkan laba bersih Rp 24,63 miliar. Target tersebut lebih tinggi 38,53% daripada laba bersih selama 2010, yaitu Rp 17,78 miliar.

Namun, penundaan penyelesaian renovasi kamar memaksa emiten ini merevisi target kinerjanya tahun ini. “Proyeksi kita turunkan 10% dari target semula. Kalau dibanding tahun lalu tetap akan lebih tinggi,” tukas Nurdin.

Sekadar informasi, SHID membukukan pendapatan Rp 30,04 miliar pada kuartal I 2011 atau naik 15,63% dari tahun lalu. Adapun laba bersihnya melejit 88,40% menjadi Rp 766,54 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie