KONTAN.CO.ID-TANGERANG. PT Thorcon Power Indonesia mengharapkan dukungan kepastian atas keberlangsungan proyek pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) menjelang pergantian pemerintahan 2024 mendatang. Untuk itu, Thorcon berharap agar Dewan Energi Nasional (DEN) bisa turut berperan mengawal agar proyek PLTN Thorcon bisa tetap berjalan di bawah pemerintahan baru. “Tentunya kita menaruh harapan besar kepada DEN yang bisa mengawal ini sehingga anggaplah sesuatu yang
udah berjalan ini kalau tiba-tiba ada pemerintahan baru ini
enggak dibubarinlah,” kata
Chief Operating Officer PT ThorCon Power Indonesia, Bob Effendi dalam konferensi pers, Rabu (25/10). Proyek PLTN yang dimaksud bernama Thorcon Molten Salt Reactor 500 MW (TMSR500). Proyek dengan estimasi total nilai investasi terkini Rp 13 triliun tersebut akan berlokasi di sebuah pulau tidak berpenghuni, yakni di Pulau Gelasa, Bangka Belitung. Ambisi Thorcon, proyek TMSR500 bisa sukses dan beroperasi komersial di tahun 2030 mendatang. Untuk itu, dalam perencanaan
timeline yang disusun oleh Thorcon, pemotongan baja pertama alias first cutting steel TMSR akan dilakukan di tahun 2024. Baca Juga: Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Tak Lagi Opsi Terakhir Tahapan itu akan dilanjut dengan pengerjaan konstruksi di tahun 2025 di Pulau Gelasa, dengan harapan izin tapak sudah bisa didapat sebelumnya dari
Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten). “
Lalu kita targetkan 2027 PLTN-nya sudah sampai di Pulau Gelasa,” terang Bob. Harapan Thorcon, izin operasi dari Bapeten bisa terbit di tahun 2029, sehingga pengoperasian komersial di tahun 2030. Untuk menyukseskan proyek TMSR500, Thorcon tengah menyelesaikan sejumlah persiapan, yaitu persiapan perizinan, persiapan tapak, persiapan Engineering, procurement, and construction
(EPC), serta persiapan untuk mendapatkan dukungan payung hukum. “Hari ini kita berharap DEN bisa memberikan payung hukum tersebut yang akan mungkin ujungnya adalah semacam perpreslah (peraturan presiden) ya,” kata Bob. Langkah lainnya, Thorcon juga tengah mempersiapkan proposal untuk mengajukan proyek TMSR500 menjadi Proyek Strategis Nasional (PSN). “Inilah kita bisa berharap proposal ini bisa segera dimasukkan yang kita targetkan mungkin 3-4 bulan kita bisa selesaikan,” tutur Bob. Di lain pihak, DEN memang menaruh perhatian pada opsi penggunaan PLTN untuk memenuhi kebutuhan energi nasional. Kontan.co.id mencatat, DEN menargetkan agar sebanyak 8 GW PLTN sudah bisa
on grid di tahun 2040. Hal ini juga sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Anggota Pemangku Kepentingan DEN, Agus Puji Prasetyono, yang juga hadir dalam konferensi pers, Rabu (25/10). Ia berujar, penggunaan PLTN menjadi keharusan untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri. Sebab, RI berpotensi kekurangan energi hingga 8 gigawatt (GW) di 2040 seturut berjalannya program
phasing out pada sumber-sumber energi kotor. Baca Juga: Rangkaian Pemilu 2024 Dimulai, Begini Dampaknya Terhadap Kinerja BUMN Karya Itulah sebabnya, akan muncul kebutuhan akan energi yang lebih bersih dengan beberapa kriteria untuk mengisi kekosongan energi tersebut: andal, kuat, volatilitas rendah, stabil di berbagai kondisi cuaca.
“Itulah yang kita harapkan dari PLTN ini, karena geothermal dan hidro itu sudah tidak akan cukup lagi untuk memenuhi,” tutur Agus di acara konferensi pers yang sama. Saat ini, DEN tengah mengkaji kemungkinan untuk mengusulkan agar proyek PLTN Thorcon di Pulau Gelasa dijadikan Proyek Strategis Nasional (PSN). “Karena itulah dalam waktu dekat ini Thorcon diharapkan bisa membuat proposal, terus kemudian nanti DEN membuat surat untuk dipertimbangkan,” kata Agus. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .