JAKARTA. Proyek dua Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) PT Eksploitasi Energi Indonesia Tbk (CNKO) di Rengat dan Tembilahan bisa dipastikan molor. Pasalnya, progress penyelesaian proyek tersebut terbilang lamban. "Bisa dibilang molor karena kemarin sempat ada renegosiasi ketika dollar naik," tandas Wiim Andrian, Investor Relation CNKO, (8/10). Selain terganggu lantaran pelemahan rupiah terhadap dolar AS, teknis pengerjaan proyek ini dilapangan juga mengalami kendala. Kondisi lahan berupa tanah gambut dan tingginya curah hujan membuat proyek tersebut terhambat.
Bahkan, mandeknya dua proyek ini sudah terjadi untuk kurun waktu yang cukup lama. Perlu diketahui, ada tujuh item pengerjaan proyek PLTU di Rengat. Dari ketujuh item tersebut, rata-rata penyelesaiannya baru mencapai 13%. Setidaknya, sejak bulan Januari hingga Agustus tahun ini, angka tersebut tidak berubah. Padahal, PLTU Rengat ditargetkan dapat selesai pada Februari 2015 untuk kemudian mulai beroperasi pada April di tahun yang sama. Masih pada periode yang sama, realisasi penggunaan dana untuk pengerjaan proyek tersebut juga tidak berubah. Realisasinya masih mandek di angka Rp 62,64 miliar. Sementara, perseroan masih harus mengeluarkan biaya sekitar Rp 104,09 miliar untuk mengerjakan proyek tersebut hingga tahap final.