Proyek Senoro Sulit Terwujud pada 2013



JAKARTA. Pertemuan tahap kedua antara calon pembeli gas Senoro dengan PT Pertamina (Persero) dan PT Medco Energi Internasional Tbk selaku pemilik blok, telah berlangsung Senin (31/8).

Para calon pembeli yang hadir dalam pertemuan tersebut adalah PT Perusahaan Gas Negara (PGN), PT Pupuk Iskandar Muda (PIM), PT Pancara Amara Utama, dan PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri). Pusri merupakan penawar baru. Sementara PGN dan PIM, meski sudah menyatakan tak berminat karena harga yang ditawarkan terlalu mahal, tetap hadir.

Perundingan tersebut belum berhasil menyusun formulasi harga jual gas. Pembahasan masih berkutat pada soal kebutuhan dan alokasi gas untuk masing-masing calon pembeli.


Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro menjelaskan, dari produksi gas Senoro sebanyak kurang lebih 350 juta kaki kubik per hari (MMSCFD), Pusri meminta 90 MMSCFD, dan pabrik pupuk lain 70 MMSCFD, sehingga tersisa 190 MMSCFD. "Untuk PLN kami belum tahu butuh berapa," katanya Selasa (2/9).

Menurut Purnomo, setelah melihat berbagai penawaran itu, kini hanya ada dua skenario yang memungkinkan gas terserap pembeli lokal.

Pertama, kilang LNG dibangun disekitar lokasi lapangan Matindok dan Senoro-Toili. Kedua, disekitar kilang tersebut juga dibangun pabrik pupuk, petrokimia, sekaligus pembangkit listrik milik PLN. "Tetapi kalau untuk PLN harus disesuaikan dengan rencana ketenagalistrikan nasional," kata Purnomo. Alasannya, di Poso sekarang sedang dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) skala besar. Dan PLTA ini nantinya untuk memenuhi sebagian daerah tersebut.

Purnomo mengakui memang tak gampang merealisasikan rencana pasokan gas untuk domestik. Karena itu dia pesimistis rencana ini bisa pada 2013 nanti. "Semua harus dipastikan dulu. Jangan sampai dibangun pabrik pupuk, pembangkit listrik, dan petrokimia, tapi pendanaan proyek gas belum jelas," katanya.

Senada, Direktur Operasional Medco Lukman Mahfoedz juga menyebut skenario pasok dalam negeri sesuai permintaan pemerintah sulit terwujud. "Opsi terbaik menjual gas ke kilang LNG sebesar 335 MMSCFD, dan ke Petrokimia dan PLN sebesar 70 MMSCFD. Kami sudah mengkaji opsi ini sejak dua tahun lalu," jelas Lukman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan