Proyek Smelter SGAR Fase 1 Inalum Ditargetkan Mulai Produksi pada Kuartal IV-2024



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Anggota Grup Mining Industry Indonesia (MIND ID), PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) tengah membangun proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) yang direncanakan akan mulai komisioning pada kuartal III dengan target first Alumina production pada kuartal IV-2024.

Pemerintah telah menyatakan bahwa pembangunan pabrik peleburan atau smelter Mempawah menjadi salah satu proyek strategis nasional di Desember 2023. Smelter Grade Alumina Refinery di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat merupakan proyek strategis dijalankan oleh Inalum dan PT Aneka Tambang Tbk melalui anak usaha Inalum, yakni PT Borneo Alumina Indonesia (BAI).

SGAR Mempawah menjadi bagian dari aksi korporasi Inalum dalam menciptakan ekosistem industri aluminium terintegrasi dari hulu hingga hilir. Proyek SGAR Mempawah ini menghubungkan rantai pasokan antara mineral bijih bauksit di Kalimantan Barat dengan pabrik peleburan aluminium.


Proyek ini dibagi dalam fase I dan II menelan investasi sekitar US$ 1,7 miliar dengan masing-masing proyek bakal meningkatkan kapasitas produksi alumina ke level satu juta ton setiap tahun, dan estimasi bahan baku bauksit 3,3 juta ton per tahun.

Baca Juga: BI: Kinerja Industri Manufaktur Turun pada Kuartal II-2024

Di SGAR Mempawah bauksit yang telah didapat akan diproses menjadi alumina di dalam negeri tanpa harus mengirim bahan baku bauksit ke luar negeri, sehingga berkurangnya biaya operasional.

Corporate Secretary Inalum Mahyaruddin Ende mengatakan, alumina merupakan bahan baku utama dalam proses produksi aluminium sehingga melalui pengoperasian Proyek SGAR ini, Inalum memiliki jaminan atas kepastian suplai bahan baku utama dari Smelter Aluminium dengan kapasitas produksi hingga sebesar 275.000, sehingga tidak perlu lagi melakukan impor terhadap kebutuhan alumina tersebut.

"Di tahun 2025, diharapkan dapat berproduksi penuh dengan kapasitas produksi hingga sebesar 1 juta ton per tahun," kata Mahyaruddin kepada Kontan, Kamis (18/7).

Mahyaruddin menuturkan, rasio pengolahan alumina menjadi aluminium adalah sebesar 2 : 1. Dengan rencana peningkatan kapasitas produksi aluminium Inalum hingga mencapai 274.140 pada tahun 2024, untuk itu kebutuhan alumina sebesar kurang lebih 548.000 ton akan terpenuhi dari produksi alumina Proyek SGAR secara domestik.

Selain itu, kata Mahyaruddin, melalui pemanfaatan alumina dalam negeri, Inalum juga berperan dalam meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dari aluminium primer yang akan membantu industri turunan melalui peningkatan TKDN produk-produk turunan. Hal ini tidak hanya memberikan kontribusi nyata pada pertumbuhan ekonomi lokal tetapi juga berperan penting dalam mencapai swasembada alumina.

"Pengurangan ketergantungan pada impor alumina akan mengurangi biaya produksi, meningkatkan kemandirian industri aluminium nasional, dan mendukung keberlanjutan rantai pasokan dalam negeri," pungkas Mahyaruddin.

Sekadar informasi, alumina merupakan bahan utama pembuatan aluminium ingot, seperti alloy, bollet, bar, keramik, dan produk harian lainnya serta sekaligus meningkatkan penyerapan tenaga kerja hingga di atas 1.000 sumber daya manusia.

Baca Juga: Waskita Karya (WSKT) Raih Kontrak Baru Senilai Rp 2,6 Triliun hingga Mei 2024

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Sulistiowati