KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perkembangan Proyek Strategis Nasional (PSN) hulu migas menemui tantangan pencarian mitra pengganti. Setidaknya, ada 4 PSN sektor hulu migas dengan total investasi mencapai US$ 37,21 miliar. Kehadiran 4 PSN ini diharapkan mampu mendongkrak produksi minyak sebesar 65.000 barel per hari (BOPD) serta gas sebesar 3.484 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Dua dari empat proyek ini menghadapi tantangan pencarian mitra pengganti.
1. Proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) dipastikan masih mencari mitra pengganti untuk pengalihan
participating interest (PI) WK Rapak Ganal. Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengungkapkan, Chevron bersama SKK Migas masih bersama-sama mencari operator pengganti untuk proyek dengan investasi mencapai US$ 6,98 miliar. Proyek yang ditargetkan
onstream pada kuartal IV 2025 ini pun diprediksi bakal mundur dari jadwal semula. "Hari-hari ini kami sudah menghitung, bergeser nanti (jadwal
onstream). Kami masih lihat itu," terang Dwi dalam Konferensi Pers Virtual, Jumat (22/4).
Baca Juga: Chevron Masih Belum Temukan Pengganti, Proyek IDD Bakal Mundur dari Target Dwi melanjutkan, pihaknya masih menanti perkembangan yang ada. Selain itu, SKK Migas pun juga telah berkali-kali mengirimkan surat agar segera ada kepastian untuk proyek tersebut. Dwi mengungkapkan, butuh setidaknya 4 sampai 5 tahun agar proyek dapat
onstream. Dengan demikian, akan sulit mengejar target
onstream yang sudah ditetapkan. Asal tahu saja, Proyek IDD Gendalo dan Gehem diperkirakan bakal menambah produksi minyak sebesar 27 ribu barel per hari (bph) dan gas sebesar 844 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).
Baca Juga: Proyek-Proyek Strategis Migas yang Terdampak Kondisi Global 2. Proyek Abadi Masela Proyek ini diharapkan menambah produksi 9,5 juta ton LNG per tahun (mtpa) dan gas pipa 150 MMSCFD, serta 35.000 barel minyak per hari. Dwi mengungkapkan, saat ini Inpex sedang melakukan studi untuk implementasi Carbon Capture and Storage (CCS). "Sekaligus menyelesaikan permasalahan
partnership di proyek ini antara Inpex dan Shell," terang Dwi. Merujuk paparan SKK Migas, proyek dengan investasi mencapai US$ 19,8 miliar ini tengah merampungkan tahapan persiapan Front End Engineering Design (FEED) meliputi survei metocean dengan perkembangan 98,24%, survei Amdal, serta pembebasan lahan non hutan dengan perkembangan 85%. Proyek ini diharapkan rampung pada kuartal II 2027 mendatang.
Baca Juga: Sejak Diubah Jadi Onshore Oleh Jokowi, Proyek Blok Masela Mangkrak & Investor Kabur 3. Proyek Jambaran Tiung Biru (JTB) Proyek Jambaran Tiung Biru hingga kuartal I 2022 telah mencapai 96,10% dengan estimasi
onstream pada Juli 2022 mendatang. Proyek dengan investasi mencapai US$ 1,53 miliar ini diharapkan menambah produksi gas sebesar 190 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).
Baca Juga: Investor Asing Hengkang, Iklim Investasi Hulu Migas Indonesia Dinilai Kurang Menarik 4. Proyek Tangguh Train 3 Perkembangan Proyek Tangguh Train III oleh British Petroleum (BP) mencapai 94,71% untuk
onshore dan 99,4% untuk
offshore. Proyek dengan investasi US$ 8,9 miliar ini diharapkan
onstream pada Desember 2022 mendatang. Kendati demikian, sejumlah insiden membuat pelaksanaan proyek menemui kendala. Sebelumnya, Proyek Tangguh Train III sempat tertunda akibat terjadinya wabah covid pada proyek.
Dwi menjelaskan, pihaknya bersama BP masih berupaya agar proyek bisa tetap rampung sesuai jadwal yang ditentukan. "Kemungkinan akan tergeser ke kuartal I 2023 tapi kita masih berjuang dengan BP untuk
onstream Desember 2022," pungkas Dwi.
Baca Juga: British Petroleum Menangkan 2 WK Migas, Siap Dorong Pengembangan Gas di Indonesia Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati