JAKARTA. Pekan lalu, harga tembaga melanjutkan penguatan, didorong sentimen positif dari Tiongkok. Di jangka panjang, harga tembaga masih bisa menanjak, meski dibayangi tekanan kenaikan suku bunga The Fed. Mengutip
Bloomberg, Senin (14/3), harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange menguat 1,2% ke US$ 5.030 per metrik ton. Dalam sepekan terakhir, tembaga menanjak 0,6%. Tembaga terdorong spekulasi investasi China di sejumlah proyek. Rencana tersebut akan memacu permintaan bahan baku, salah satunya tembaga.
Jurubicara Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional Tiongkok Zhao Chenxin menyatakan, pihaknya menyetujui 15 investasi proyek pada Februari senilai total CNY 34,1 miliar, setara US$ 5,3 miliar. Proyek itu terutama berkaitan dengan air, energi dan teknologi terkini. Ibrahim, Direktur Utama Garuda Berjangka, menilai, faktor Tiongkok mendorong harga tembaga. "China akan terus menambah stimulus ekonomi setelah memangkas rasio giro wajib minimum pada bulan lalu," ujar dia. Pemerintah China telah mematok target pertumbuhan ekonomi tahun ini 6,5%-7%. Menurut Ibrahim, pernyataan ini menunjukkan Tiongkok ingin pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Tahun lalu, Negeri Tembok Raksasa ini mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 6,9%. Jika ingin laju ekonomi lebih baik, China perlu terus menyuntik stimulus. Pekan ini, akan ada banyak data yang mempengaruhi harga tembaga, terutama pernyataan kebijakan ekonomi beberapa negara. Pekan lalu, Bank Sentral Eropa (ECB) mengumumkan pemangkasan suku bunga dan menambah stimulus ekonomi sehingga memanaskan harga tembaga. Kanada, Jepang dan Amerika Serikat pekan ini akan mengumumkan kebijakan ekonomi terbaru. "Bank sentral di seluruh dunia fokus menggelontorkan stimulus," ungkap Ibrahim. Ini sinyal positif bagi harga tembaga. Berdasarkan survei
Bloomberg, Bank Sentral Jepang (BoJ) diprediksi, mempertahankan basis stimulus moneter sebesar ¥ 80 triliun. Suku bunga juga akan bertahan di level minus 0,1%.
Sementara The Fed diperkirakan belum mengerek suku bunga. Efeknya, nilai tukar dollar AS bisa melemah dan menjadi sentimen positif bagi harga komoditas, termasuk tembaga. Dalam jangka panjang Ibrahim yakin, harga komoditas menguat. Level tertinggi tembaga tahun ini diprediksi di sekitar US$ 6.700 per ton. Angka itu mungkin bisa dicapai pada semester pertama. Tapi di semester kedua, harga tembaga bisa terkoreksi jika The Fed kembali membahas kenaikan suku bunga. Pada hari ini (15/3) Ibrahim memprediksi, harga tembaga di kisaran US$ 4.975 sampai US$ 5.100 per metrik ton. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie