JAKARTA. Ketidakpastian kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, di akhir tahun 2015 membuat gejolak nilai tukar rupiah terhadap dollar AS kembali naik. Hal tersebut diperkirakan mengakibatkan neraca modal dan finansial semakin timpang. Bank Indonesia (BI) pun memproyeksikan, neraca Pembayaran Indonesia (NPI) tahun ini bakal defisit. Menurut Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara, defisit terjadi akibat neraca jasa masih akan mengalami defisit hingga akhir 2015. Untuk investasi portofolio, tahun ini diperkirakan masih ada arus dana masuk, tetapi angkanya lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu. Defisit terjadi karena investor menjual portofolio saham dan obligasinya sehingga inflow lebih sedikit. "Jadi NPI defisit antara US$ 5 miliar - US$ 6 miliar," kata Mirza, pekan lalu. Padahal NPI tahun lalu masih surplus US$ 15 miliar.
Proyeksi BI, defisit NPI 2015 capai US$ 6 miliar
JAKARTA. Ketidakpastian kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, di akhir tahun 2015 membuat gejolak nilai tukar rupiah terhadap dollar AS kembali naik. Hal tersebut diperkirakan mengakibatkan neraca modal dan finansial semakin timpang. Bank Indonesia (BI) pun memproyeksikan, neraca Pembayaran Indonesia (NPI) tahun ini bakal defisit. Menurut Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara, defisit terjadi akibat neraca jasa masih akan mengalami defisit hingga akhir 2015. Untuk investasi portofolio, tahun ini diperkirakan masih ada arus dana masuk, tetapi angkanya lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu. Defisit terjadi karena investor menjual portofolio saham dan obligasinya sehingga inflow lebih sedikit. "Jadi NPI defisit antara US$ 5 miliar - US$ 6 miliar," kata Mirza, pekan lalu. Padahal NPI tahun lalu masih surplus US$ 15 miliar.