KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) malah berbalik melemah saat musim rilis laporan keuangan kuartal III-2024 mulai bergulir. Hingga Minggu (27/10), sekitar 90 emiten sudah merilis laporan kinerja periode sembilan bulan di tahun ini. Hanya saja, momentum tersebut belum menyulut IHSG yang justru mengakumulasi pelemahan 0,84% sepanjang pekan lalu. Arus dana dari investor asing pun kembali mengalir keluar
(capital outflow) dengan posisi jual bersih
(net sell) senilai Rp 3,62 triliun di seluruh pasar. Situasi ini berbalik dibandingkan pekan sebelumnya, dimana IHSG melonjak 3,18% dan terjadi aksi beli bersih
(net buy) senilai Rp 1,21 triliun. Equity Analyst Indo Premier Sekuritas Dimas Krisna Ramadhani mengamati koreksi IHSG terutama akibat aksi distribusi yang dilakukan oleh investor asing.
Situasi ini juga disebabkan tren IHSG sedang bergerak konsolidasi dengan rentang
support dan
resistance yang cukup lebar. "Ketika tren IHSG seperti saat ini,
inflow dan
outflow sering terjadi secara acak. Saat terdapat
inflow dalam nominal besar di satu hari, akan terjadi
outflow juga dalam nominal yang besar di beberapa hari ke depannya," kata Dimas kepada Kontan.co.id, Minggu (27/10).
Baca Juga: IHSG Turun 0,84% Sepekan, Ada Saham yang Justru Menguat 100% Financial Expert Ajaib Sekuritas Ratih Mustikoningsih menilai koreksi IHSG terseret oleh
profit taking, terutama pada saham berkapitalisasi pasar besar
(big cap). Aksi
profit taking juga terjadi di sejumlah bursa Asia Tenggara akibat pelaku pasar kembali pada posisi
wait and see, setelah pasar ekuitas terapresiasi dalam beberapa pekan terakhir. Menurut Ratih, pelaku pasar mencermati dinamika politik di Amerika Serikat (AS) menjelang pemilihan umum dan pemilihan presiden pada 5 November 2024. Faktor ekstenal lainnya adalah eskalasi konflik di Timur Tengah yang masih panas. Dus, para investor cenderung beralih ke instrumen rendah risiko seperti mata uang dolar AS. Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi turut mencermati adanya aksi
profit taking dari investor asing usai IHSG nyaris kembali ke level 7.800. Rilis laporan keuangan sejumlah emiten
big cap juga bervariasi.
Baca Juga: Melemah 0,84% Pekan Lalu, Simak Proyeksi IHSG Untuk Perdagangan Besok (28/10) Audi mencontohkan PT Bank Central Asia Tbk (
BBCA) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (
BBNI) yang sesuai ekspektasi. Sementara PT Unilever Indonesia Tbk (
UNVR) di bawah ekspektasi pasar. "Pelaku pasar menantikan rilis kinerja emiten lainnya, sehingga kami perkirakan masih akan menjadi sentimen penggerak IHSG hingga beberapa waktu ke depan," terang Audi. Dimas menambahkan, musim rilis laporan keuangan akan menjadi sentimen yang menciptakan
demand dan
supply, termasuk bagi
big funds dan investor asing. Namun karena pasar saham sedang bergerak dalam tren yang tidak jelas, maka sentimen laporan keuangan belum membawa pengaruh signifikan bagi IHSG. Sedangkan Ratih melihat pelaku pasar menantikan rilis kinerja keuangan dari emiten di sektor energi, barang baku terutama mineral-logam, serta sektor konsumsi primer. Namun secara umum, kondisi pasar saham masih cenderung
wait and see di pengujung bulan ini.
Baca Juga: Simak Proyeksi Pergerakan IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Awal Pekan (28/10) Trading Plan & Rekomendasi Saham
Dimas menimpali, tidak banyak katalis yang bisa menggerakkan IHSG pada pekan terakhir Oktober. Selain lanjutan rilis laporan keuangan kuartal III-2024, pelaku pasar akan mencermati efek pemilihan presiden AS dan pengumuman suku bunga The Fed pada awal bulan November. Dus, IHSG masih terbuka untuk mengalami pelemahan lanjutan maupun
technical rebound pada pekan ini. Dimas menghitung
support IHSG berada di level 7.657 dan 7.621. Sedangkan jika
rebound, IHSG bisa melaju ke level 7.750. Analis Sinarmas Sekuritas Eddy Wijaya memproyeksikan IHSG akan bergerak dalam rentang
support 7.633-7.595 dan
resistance di 7.794-7.910 di akhir bulan ini. Dengan skenario IHSG masih berada dalam tren
bullish, Eddy melihat pelaku pasar bisa mempertimbangkan
trading plan dengan strategi cicil bertahap dan
buy on support. Eddy melirik BBCA, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (
AMRT), PT Essa Industries Indonesia Tbk (
ESSA), PT Resource Alam Indonesia Tbk (
KKGI) dan PT Tempo Scan Pacific Tbk (
TSPC) sebagai saham yang layak dicermati. Sementara itu, Dimas menyarankan agar pelaku pasar mengurangi frekuensi trading saat kondisi pasar tidak memiliki arah yang jelas.
Baca Juga: Saham Grup Bakrie Makin Menarik, Simak Catatan Analis Sebab, akan banyak terjadi
false signal breakout maupun
breakdown. Dimas lantas memilih saham-saham yang masih mempertahankan
uptrend sepanjang tahun ini dengan rekomendasi
buy PT Panin Financial Tbk (
PNLF) dan PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (
DSSA), serta
buy on weakness AMRT.
Ratih menaksir IHSG cenderung bergerak sideways dalam rentang 7.600-7.830 di pekan ini. Secara teknikal, dia merekomendasikan
buy PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (
BMRI) dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (
CPIN), dengan target harga masing-masing pada
resistance Rp 7.300 dan Rp 5.400. Kemudian
buy on weakness saham PT Aneka Tambang Tbk (
ANTM) dan PT Timah Tbk (
TINS) untuk target harga Rp 1.670 dan Rp 1.370. Sedangkan Audi menaksir IHSG bakal bergerak dalam rentang
support 7.594 dan
resistence 7.812 di akhir Oktober. Audi juga menyoroti kocok ulang indeks saham seperti LQ45, IDX30, dan IDX80 akan turut menjadi sentimen yang memengaruhi pelaku pasar. Sebagai rekomendasi untuk pekan ini, secara teknikal Audi menyarankan
speculative buy BBCA dan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (
SMGR), serta
buy on break saham PT Metrodata Electronics Tbk (
MTDL). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati