JAKARTA. Pemerintah kembali siap menerbitkan surat berharga syariah negara (SBSN) atau sukuk global. Analis memperkirakan, instrumen ini bakal memberi imbalan lebih rendah ketimbang penerbitan sebelumnya. Analis MNC Securities I Made Adi Saputra mengatakan, turunnya kupon dipengaruhi melandainya tren yield surat utang global. Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) mencatat, yield US Tresuri tenor 10 tahun turun ke 1,71% pada penutupan perdagangan Rabu (9/3) ketimbang perdagangan hari sebelumnya 1,73%. Demikian juga UK Gilt tenor 10 tahun, tergelincir ke 1,47% dari 1,48%. "Saat ini merupakan momentum tepat penerbitan sukuk global," ujar Made, Kamis (10/3).
Imbalan sukuk global tahun ini diperkirakan di rentang 4,2%-4,3%. Pada penerbitan tahun lalu, pemerintah memberi imbalan 4,325%. Walaupun imbalan bakal lebih rendah, diperkirakan investor tetap akan tergiur. Lantaran ada kebijakan sejumlah bank sentral global yang menetapkan suku bunga negatif. Ditambah, The Fed yang belum menaikkan suku bunga acuannya. Kondisi ekonomi dalam negeri yang mulai menunjukan geliat positif juga membuat minat investor menempatkan dana di sukuk pemerintah kian besar. "Saya memperkirakan, pemesanan bisa senilai US$ 6,5 miliar hingga US$7,5 miliar," tegas Made. Analis Infovesta Utama Beben Feri Wibowo menambahkan, prospek sukuk global akan menarik ditopang membaiknya kondisi makro pemerintah. "Terbukti dari pemangkasan tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI) di tahun ini dan tingginya
net buy asing," ujarnya. Dalam penerbitan ini, pemerintah telah menggenggam peringkat Baa3 dari Moody's dengan outlook stabil. Pemberian peringkat mempertimbangkan Indonesia merupakan negara dengan tingkat utang rendah. Selain itu juga menunjukkan Indonesia memiliki pertumbuhan sehat dibandingkan negara-negara dalam satu peers. Indonesia juga dinilai merupakan negara dengan skala besar dengan sumber daya alam yang mendukung peringkat. Namun, tingkat produk domestik bruto (PDB) per kapita masih rendah dibandingkan negara investment grade lain. Sayang, Direktur Pembiayaan Syariah Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Suminto masih enggan merinci jadwal penerbitan sukuk global.
"Belum dapat kami ungkapkan karena terkait dengan aturan private placement," katanya. Sebelumnya Direktur Strategi dan Portofolio Utang Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Scenaider Siahaan menghitung, penerbitan sukuk global tahun ini bisa berkisar US$2,5 miliar. Nominal tersebut diambil setelah diketahui porsi penerbitan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dialokasikan sebesar 20-30% dalam APBN 2016. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie