Proyeksi panen kedelai seret, harga CPO diramal volatil



JAKARTA. Harga CPO kembali melaju di awal pekan ini. Kemarin, CPO untuk pengiriman Desember 2010 di Bursa Derivatif Malaysia bahkan sempat menyentuh RM 2.940 atau setara US$ 948 per ton. Ini harga tertinggi dalam 26 bulan terakhir.Melonjaknya harga minyak sawit dipicu proyeksi panen kedelai global untuk Oktober lebih rendah karena faktor cuaca. Jumat (8/10) lalu, Departemen Pertanian AS (USDA) memperkirakan panen kedelai hanya 3,408 miliar bushel atau setara 92,8 juta ton, lebih rendah dari proyeksi 3,483 miliar bushel, pada September lalu. Akibatnya, kedelai untuk pengiriman November di Bursa Chicago naik 4,4% menjadi US$ 11,84 per bushel, harga tertinggi sejak Juni 2009.Herry Setyawan dari Indosukses Futures menyebut faktor lemahnya dollar dan naiknya harga komoditas pangan seperti kedelai berpengaruh besar pada minyak sawit. "Minyak kedelai dan minyak sawit merupakan produk substitusi, sehingga kalau salah satunya bergerak, akan saling berpengaruh, dan cenderung searah," ujarnya.Analis Askap Futures, Ibrahim mengamini faktor utama pengatrol harga CPO adalah rendahnya proyeksi panen kedelai. Faktor ini bertepatan pula dengan tingginya permintaan minyak sawit dari Asia, sementara pasokan menyusut karena curah hujan mengurangi kualitas panen dan menghambat produksi."Pertumbuhan permintaan minyak nabati global dalam enam bulan terakhir meningkat hampir 15% dibanding tahun sebelumnya, sedangkan output dari Malaysia hanya naik 2,7%," ulasnya.Sebagai imbas dari proyeksi panen kedelai itu, harga CPO diperkirakan bergerak volatil, sepekan ini. Herry memperkirakan CPO akan fluktuatif di kisaran US$ 880-US$ 950 per ton. Tapi, ada peluang koreksi karena sudah jenuh beli, dan pasar menunggu rilis hasil pertemuan Fed, pekan lalu. "Hal ini bisa memicu provit taking sementara," katanya.Sementara, Ibrahim menduga sepekan ini, CPO akan fluktuatif dengan kecenderungan naik di kisaran US$ 940-US$ 955. "Kalaupun koreksi sesaat karena pergerakan minyak yang kemungkinan turun, sebab target akhir tahun hanya US$ 80 sebarel. Namun tren CPO masih bullish karena permintaan tinggi" sebutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie