KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah kalangan meminta PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) untuk lebih realistis terkait dengan rencana penggunaan dana dan realisasi energi panas bumi. Dosen Teknik EBT Universitas Darma Persada, Riki F. Ibrahim, menekankan bahwa PGE harus memastikan pengeboran sumurnya tidak gagal. Penggunaan dana sebesar Rp7,7 triliun atau 85% dari emisi IPO senilai Rp 9,05 triliun harus dihitung ulang, meskipun sudah ada rencana dan feasibility study terkait penambahan 600 MW di wilayah kerja panas bumi (WKP), seperti yang diungkap perseroan dalam prospektusnya. Riki menjelaskan bahwa dalam praktik terbaik sebelumnya, tiap 1 MW dari PLTP membutuhkan nilai investasi sekitar US$5 juta, dan angka ini hanya untuk penyediaan energi primer, turbin, dan generator hingga menghasilkan listrik, belum termasuk biaya pembebasan lahan. Oleh karena itu, perlu dilakukan perhitungan ulang.
Proyeksi Penggunaan Dana IPO PGEO Dinilai Tidak Realistis
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah kalangan meminta PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) untuk lebih realistis terkait dengan rencana penggunaan dana dan realisasi energi panas bumi. Dosen Teknik EBT Universitas Darma Persada, Riki F. Ibrahim, menekankan bahwa PGE harus memastikan pengeboran sumurnya tidak gagal. Penggunaan dana sebesar Rp7,7 triliun atau 85% dari emisi IPO senilai Rp 9,05 triliun harus dihitung ulang, meskipun sudah ada rencana dan feasibility study terkait penambahan 600 MW di wilayah kerja panas bumi (WKP), seperti yang diungkap perseroan dalam prospektusnya. Riki menjelaskan bahwa dalam praktik terbaik sebelumnya, tiap 1 MW dari PLTP membutuhkan nilai investasi sekitar US$5 juta, dan angka ini hanya untuk penyediaan energi primer, turbin, dan generator hingga menghasilkan listrik, belum termasuk biaya pembebasan lahan. Oleh karena itu, perlu dilakukan perhitungan ulang.