KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham PT Bumi Resources Tbk (
BUMI) sudah menyentuh harga Rp 71 per lembar pada penutupan perdagangan Jumat (27/11) setelah lama tertidur jadi saham gocap. Kenaikan harga saham BUMI terjadi sejak Senin (23/11) yang ditutup pada level Rp 53, kemudian tiga hari setelahnya secara berturut-turut menyentuh level Rp 57, Rp 72 dan Rp 76. Namun pada Jumat (27/11) BUMI melemah 6,58% ke level Rp 71. Adapun sejak awal tahun, level tertinggi BUMI berada di level Rp 80 yang dicatatkan terjadi pada Jumat kemarin.
Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony menjelaskan kenaikan harga saham BUMI terjadi karena didorong oleh sentimen kenaikan harga batubara. Pada Rabu (25/11) harga batubara ICE Newscastle untuk pengiriman Januari 2021 menyentuh US$ 69,6 per ton, yang merupakan level tertinggi di tahun ini. Kemudian menyentuh US$ 70 per ton pada penutupan perdagangan Kamis (26/11).
Baca Juga: Simak rekomendasi untuk saham-saham yang paling banyak ditransaksikan sebulan ini Selama harga batubara dalam tren menguat, saham BUMI juga diprediksi masih akan menguat. "Secara jangka pendek selama batubara masih meningkat maka BUMI belum akan kembali ke level gocap, tetapi jika batubara turun ya bisa saja," jelas Chris, Jumat (27/11). Direktur dan Sekretaris Perusahaan Dileep Srivasta pada awal November 2020 silam menjelaskan hingga September 2020 BUMI mengalami kerugian berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk alias rugi bersih sebesar US$ 137,3 juta karena realisasi harga batubara yang mengalami penurunan, turunnya volume penjualan dan adanya pembayaran pinjaman. Realisasi harga batubara tercatat turun 14% dipicu oleh kondisi ekonomi global dan pasar yang negatif sehingga berimbas pada permintaan batubara pada pasar utama BUMI. Sementara itu volume penjualan sejak awal tahun hingga September 2020 mengalami penurunan 5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu karena terkoreksinya permintaan batubara China dan India. Sedangkan pembayaran pinjaman dilakukan sebesar US$ 331,6 juta secara tunai yang terdiri atas pokok Tranche A sebesar US$ 195,8 juta dan bunga sebesar US$ 135,8 juta, hingga Oktober 2020. Di mana pada Oktober 2020 BUMI membayarkan sebesar US$ 3,8 juta.
Baca Juga: Sederet saham ini jadi yang paling banyak ditransaksikan, begini saran analis Adapun closing inventory BUMI tercatat sebesar 3,3 mt pada akhir September 2020, sedangkan di periode yang sama tahun lalu tercatat sebesar 5,2 mt. Dileep mengatakan hal ini mencerminkan efisiensi modal kerja. Meski kondisi pasar belum pulih, BUMI optimistis dapat mempertahankan dan meningkatkan kinerja operasional dalam jangka menengah. Selain itu rasa optimistis juga muncul dari adanya omnibus law yang memungkinkan pemberian insentif pada proyek hilirisasi seperti gasifikasi batubara, dan BUMI sudah menjadi pemasok batu bara yang ditunjuk untuk proyek metanol terdekat mulai tahun 2023. BUMI memiliki pedoman di tahun 2020 ini produksi sebesar 85 mt- 89 mt, dengan kisaran harga US$ 46 per ton hingga US$ 49 per ton. Adapun beban dikisaran US$ 32 per ton hingga US$ 34 per ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli