Proyeksi produksi karet 2017 capai 3,27 juta ton



JAKARTA. Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) memprediksi produksi karet dalam negeri tahun ini berpotensi terdongkrak dari produksi tahun 2016. Hal itu disebabkan karena naiknya harga karet sehingga membuat minat petani karet menyadap kembali naik.

Berdasarkan data Gapkindo, perkiraan produksi karet tahun 2016 sebesar 3,182 juta ton. Sementara pada tahun 2017 diproyeksikan bisa mencapai 3,277 juta ton atau naik sekitar 2,98%.

Direktur Eksekutif Suharto Honggokusumo mengatakan faktor penyebab kenaikan produksi karet tahun ini adalah kenaikan harga karet yang sudah mencapai Singapore Exchange Limited (SGX) US$ 2,2 per kilogram (kg) atawa US$ 2,8 berdasarkan perdagangan Tokyo Commodity Exchange (Tocom).


Namun Indonesia menggunakan SGX. Sebelumnya pada Maret 2016 harga karet sempat menyentuh US$ 1,03 per kg. "Kenaikan harga karet menjadi salah satu pemicu optimisme naiknya produksi karet tahun ini," ujarnya kepada KONTAN, Minggu (22/1).

Suharto menjelaskan, ada dua faktor penyebab kenaikan harga karet. Pertama adalah faktor fundamental dimana kenaikan penjualan mobil di China mencapai 6% pada tahun 2016 sehingga mendorong peningkatan konsumsi karet. Sementara pada waktu bersamaan produksi karet berkurang karena banjir dan hujan terjadi di Indonesia, Malaysia dan Thailand, yang merupakan negara produsen karet.

Selain itu, kenaikan harga karet juga disebabkan naiknya harga minyak dunia di atas US$ 50 per kg. Meskipun tidak ada hubungan karet sitentis yang bahan bakunya minyak, dengan karet alam, tapi ini mempengaruhi faktor psikologis pasar.

Sementara faktor teknis adalah cuaca yang terjadi pada tahun lalu juga membuat produksi karet anjlok karena hujan yang berkepanjangan. Di sisi lain, pada bulan Februari hingga April tahun ini akan terjadi gugur daun pada tanaman karet yang mempengaruhi produksi karet. "Saat musim gugur daun itu, produksi karet berkurang," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto