Proyeksi Rupiah Pekan Ini: Masih Akan Bergerak di Atas Rp 15.000



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah diprediksi masih bergerak di atas Rp 15.000 per dolar AS dalam sepekan ke depan.

Adapun pada pekan terakhir bulan September, rupiah kembali melemah. Kurs spot rupiah merosot 1,24% sepanjang pekan lalu. Sedangkan kurs rupiah JISDOR melorot 1,29%.

Meski, pada Jum'at (30/9) nilai tukar rupiah di pasar spot mampu ditutup menguat 0,23% ke posisi Rp 15.227 per dolar AS. Sementara itu, kurs referensi JISDOR naik tipis 0,09% ke Rp 15.232.


Head of Research NH Korindo Sekuritas Indonesia Liza Camelia Suryanata melihat, secara teknikal, ketika dolar AS - rupiah telah mencapai Fibonacci retracement 50%, momentumnya bertepatan dengan kebijakan Bank of England terkait pelonggaran kuantitatif (QE).

Baca Juga: Pelemahan Rupiah Sudah Terjadi Sejak Awal Tahun, Begini Respons BI

Bank of England mengumumkan QE dengan membeli obligasi negara £ 5 miliar sampai 14 Oktober 2022, dengan total QE mencapai £ 65 miliar. Kebijakan tersebut cukup bertentangan dengan  pengetatan kebijakan moneter saat ini.

Kemudian, dilepasnya euro ke pasaran akan mengimbangi penguatan dolar AS. "Itu sebabnya dollar index mulai melemah. Efeknya bisa kita lihat ke nilai tukar rupiah yang tampak melakukan perlawanan di sekitar Rp 15.262," kata Liza kepada Kontan.co.id, Minggu (2/10).

Prediksi Liza, pergerakan rupiah terhadap dolar AS berada di area support terdekat pada Rp 15.100 - Rp 15.040. Level selanjutnya ada di kisaran Rp 14.900 - Rp 14.800.

"Kalau sudah bisa ke bawah Rp 15.000 saja sudah cukup baik," imbuh Liza.

Meski, Liza punya catatan bahwa memasuki kuartal IV, biasanya dolar AS akan lebih diburu karena banyak perusahaan yang segera menghadapi deadline pelunasan utang tahunan. Selain itu, The Fed juga diperkirakan masih menaikkan suku bunga 50 basis poin pada bulan November dan Desember.

"Jadi, tidak berlebihan rasanya apabila kita sudah harus membiasakan diri dengan "new normal" dolar AS - rupiah di sekitar 15.000 ke atas," ujar Liza.

Di sisi lain, Presiden Komisaris HFX Internasional Berjangka Sutopo Widodo melihat, dolar AS yang tetap tinggi juga tidak menguntungan bagi AS. Kenaikan signifikan pada imbal hasil obligasi dua tahun dan penurunan angka PDB menjadi indikasi resesi AS yang akan dialami dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Jika demikian, kemungkinan pemerintah AS membutuhkan lebih banyak dana untuk mendukung agenda ekonomi mereka dengan menerbitkan surat hutang negara.

"Pada akhirnya akan membawa penurunan imbal hasil dan nilai tukar mata uang mereka, seperti yang dilakukan oleh Inggris pada pekan lalu," terang Sutopo.

Dia memperkirakan, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Senin (3/10) akan bergerak di Rp 15.250 - Rp 15.350. Sedangkan prediksi untuk sepekan ke depan berada di kisaran Rp 15.300- Rp 15.600.

Data yang perlu dicermati  adalah payrol AS yang akan menjadi masukan The Fed dalam memutuskan langkah kebijakan mereka. Di dalam negeri, pasar akan memantau PMI Manufaktur S&P Global mengenai aktifitas pabrikan, serta angka inflasi September yang diperkirakan akan meningkat ke 5,8% dari posisi sebelumnya di 4,69%.

Baca Juga: Dolar AS Perkasa, BI: Utang Luar Negeri Indonesia Masih Aman

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat