Proyektor kompak: tidak perlu lagi geser ke sana kemari



Sudah tidak zaman lagi, ada proyektor yang punya bobot bak karung beras. Saat ini, kita semakin sering menjumpai bodi proyektor yang mungil sehingga bisa ditenteng ke sana kemari tanpa hambatan.

Yang menakjubkan, perawakan yang kecil ini tidak mengurangi kemampuan lensa si proyektor imut ini. Malah, gambar yang terpancar saat menyajikan presentasi bisa tajam, jernih dan terang, mendekati bahkan menyamai kualitas layar bioskop.

Pencangkokan teknologi 3LCD atau adanya tiga cip dalam lensa LCD (liquid crystal display) adalah hal yang memungkinkan proyektor tersebut bisa memenuhi kebutuhan untuk menampilkan gambar yang berkualitas tinggi. Berkat teknologi ini, gambar serta warna yang kerap pecah yang sering menjadi keluhan konsumen lantaran masih memakai teknologi LCD sudah bisa diminimalkan. Produsen mengklaim fitur ini bisa menghilangkan efek pelangi (rainbow effect) yang menjadi kelemahan layar proyektor berbasis LCD.


Beberapa produsen elektronik seperti Epson, Sony, dan Sanyo sudah mengadopsi teknologi ini. Sedangkan BenQ dan Infocus masih setia dengan teknologi DLP (digital light processing) yang diklaim punya tingkat reabilitas yang tinggi ketimbang LCD.

Uniknya, beberapa merek masih mengusung teknologi lensa yang berbeda, ternyata kedua kubu ini punya fitur tergres yang mau tidak mau harus mereka benamkan di tubuh proyektor masing-masing. Nama fitur itu adalah short throw alias tembak jarak dekat.

Pasar terbesar pendidikan

Fitur short throw menjadi penting dalam sebuah proyektor. Biasanya, saat kita menyalakan sebuah proyektor, terlebih dahulu harus mengatur jarak antara layar atau dinding dengan proyektor. Biasanya jarak yang pas adalah dua meter.

Kini dengan short throw ini sebuah proyektor bisa ditempatkan sedekat mungkin dengan layar atau dinding. Misalnya cuma berjarak setengah meter saja. "Ini menjadi fitur terbaru di proyektor," kata Ari Qadarisman, Manajemen Pemasaran Visual Data Proyektor System, salah satu pemasok proyektor Sony.

Tanpa basa-basi, Ari langsung menunjukkan proyektor Sony tipe VPL SX 125. Proyektor yang secara perdana diperkenalkan di Indocomtech 2011 kemarin ini sanggup menampilkan tampilan gambar seluas 95 inci. Padahal jarak tembak proyektor Sony ke dinding cuma setengah meter saja.

Kehadiran teknologi ini bukan tanpa sebab. Orang yang lagi presentasi atau memberikan mata pelajaran saat di sekolah atau tempat kursus, pasti tidak mau terganggu dengan bayangan yang kerap muncul di layar gara-gara sinar proyektor yang kerap menerpa.

Maklum, pasar proyektor sampai sejauh ini masih dipegang sektor pendidikan. Yang butuh proyektor untuk sarana belajar dan presentasi.Menurut Darmawan Harli Permono, Marketing Manager PT Galva Technologies, salah satu pemasok proyektor asal Taiwan BenQ bilang dari prediksi penjualan sekitar 200.000 unit pasar proyektor di tanah air untuk tahun ini, sekitar 40% masuk dunia pendidikan. Sisanya ke segmen bisnis dan bagian terkecil ke ranah individu. "Segmen pendidikan masih menjadi pasar utama proyektor," katanya.

Berbekal produk yang punya fitur tembak jarak dekat, seperti MP 780ST, Galva Technologies ingin tetap menempatkan BenQ menjadi pemain nomor satu di pasar proyektor. Yang mengempit sekitar 30% dari pasar proyektor secara nasional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Catur Ari