Implementasi PSAK 71 gerus modal bank pelat merah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Implementasi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 71 diprediksi akan menggerus modal perbankan. Sebab perbankan mesti menyiapkan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) sejak dini (expected loss), alih-alih menyiapkan cadangan ketika terjadi kredit macet (incurred loss).

Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei dan Konsultasi Kementerian Badan Usaha Milik Negara Gatot Trihargo bahkan menilai implementasi standar baru ini akan langsung berakibat kepada tergerusnya modal bank pelat merah.

“CAR (Capital Adequacy Ratio) akan berkurang antara 0,5%-1%, di Bank Mandiri akan berkurang 0,5%, BRI 1%, BTN juga agak lumayan, BNI pun demikian,” ujar Gatot di Jakarta pekan lalu.


Makanya ia mengimbau agar anggota Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) ini dapat terus memacu pertumbuhan kredit. Tujuannya agar pencadangan yang disediakan tak terlalu besar.

Direktur Keuangan dan Tresuri PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) Iman Nugroho Soeko mengamini hal tersebut. Meski demikian, Iman bilang berkurangnya CAR baru akan terlihat pada akhir tahun kelak. Dimana implementasi PSAK 71 baru akan dilaksanakan pada 2020 mendatang.

“Karena untuk tambahan CKPN akan berbeda untuk tiap bank karena leverage coverage ratio (LCR) pun berbeda antar bank,” katanya kepada Kontan.co.id, Minggu (12/5).

Dengan konsep expected loss, tambahan CKPN untuk 2020 akan mengandalkan tren keuangan perusahaan sebelumnya. Sehingga tambahan CKPN baru akan tampak pada akhir 2019. Termasuk soal potensi penggerusan modal.

Iman masih enggan menjabarkan hitung-hitungan berapa potensi berkurangnya modal BTN. Yang jelas, Iman bilang bank yang punya inti bisnis di kredit perumahan ini akan siap mengimplementasikan PSAK 71 pada 2020 mendatang. Sebab sejak 2014 BTN memang telah menyiapkan CKPN lebih.

Penambahan CKPN ini juga yang menurut Iman jadi faktor tergerusnya laba BTN pada 2018 yang hanya mampu meraih laba Rp 2,80 triliun. Turun 7,25% (yoy) dibandingkan perolehan laba tahun 2017 yang sebesar Rp 3,02 triliun.

“Penyebab utama penurunan laba berasal dari pembentukan CKPN kami yang naik hingga 93,8% (yoy),” kata Iman.

Tahun lalu, BTN mengalokasikan tambahan CKPN hingga Rp 1,7 triliun. Nah, tambahan alokasi CKPN sudah dilakukan BTN sejak 2014 sebesar Rp 776,9 miliar, 2015 sebesar Rp 901,3 miliar, 2016 senilai Rp 707,6 miliar, dan 2017 sebesar Rp 884,4 miliar.

Sementara posisi CAR BTN hingga kuartal I-2019 berada di level 17,6%, melorot 60 bps (ytd) dibandingkan posisi akhir 2018 sebesar 18,2%, dan turun 30 bps (yoy) dibandingkan kuartal 1/2018 sebesar 17,9%.

Sementara Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Suprajarto menyatakan hal serupa. Namun ia tetap optimistis modal BRI tak akan tergerus banyak. Pasalnya sejak 2017 bank dengan aset terbesar di tanah air ini memang telah menyiapkan CKPN di atas 150% dibandingkan rasio non performing loan (NPL).

“Kami sudah menyiapkan implementasi PSAK 71 sejak 2017, saat ini tengah dalam tahap pengembangan. Sementara estimasi masih dihitung oleh tim kami,” katanya.

Pada 2017 dengan total penyaluran kredit BRI senilai Rp 708,0 triliun dan rasio NPL mencapai 2,10% atau setara Rp 14,9 triliun, BRI telah menyiapkan CKPN sebesar Rp 29,1 triliun atau setara 195,54% dari rasio NPL. Sedangkan pada 2018, BRI menyiapkan CKPN 200,61% setara Rp 34,6 triliun dari total NPL sebesar Rp 17,2 triliun atau sebesar 2,14% dari penyaluran kredit sebesar Rp 804,3 triliun.

Dengan CKPN yang terus ditambah, sejak 2017 CAR BRI tetap bertumbuh. Hingga kuartal I-2019 posisi CAR BRI masih berada di level 21,9%, tumbuh 120 bps (yoy) dibandingkan kuartal I-2018 sebesar 20,7%, dan masih tumbuh 60 bps (ytd) dibandingkan akhir 2018 sebesar 21,3%.

“Dengan demikian tambahan CKPN yang diperlukan untuk implementasi PSAK 71 tidak akan terlalu besar. Di samping itu juga tak akan menggerus laba, lantaran dalam menyusun target kami sudah memperhitungkan implementasi PSAK 71. Tahun ini kami optimistis laba akan tumbuh double digit,” sambungnya.

Sementara Direktur Manajemen Resiko PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Bob Tyasika Ananta belum lama ini mengatakana pihaknya sudah mengalkulasi akan terjadi kenaikan CKPN 5%-11% terkait implementasi PSAK 71.

Sementara CAR bank berlogo 46 ini juga akan tergerus 20 bps-40 bps. Sedangkan hingga akhir tahun proyeksinya CAR perseroan akan berada di level 17%-19%. Hingga kuartal I-2019 CAR BNI masih berada di level 19,2%, naik 130 bps (yoy) dibandingkan kuartal 1/2018 sebesar 17,9%, dan meningkat 70 bps (ytd) dibandingkan akhir 2018 sebesar 18,5%

“Untuk mengantisipasi kenaikan beban CKPN akibat kualitas kredit yang memburuk, kami sudah menerapkan strategi ekspansi yang mengutamakan sektor industri yang low risk, dan pemain unggul pada sektornya masing-masing,” kata Bob.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi