PSBB Jakarta diprediksi memberi tekanan yang sama bagi emiten konstruksi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) kembali berlaku di Jakarta sejalan dengan peningkatan kasus Covid-19. Kebijakan PSBB ini diperkirakan memberi dampak yang relatif sama seperti saat PSBB transisi bagi emiten konstruksi.

Analis NH Korindo Sekuritas Ajeng Kartika Hapsari menjelaskan PSBB yang kembali diberlakukan dampaknya masih sama dengan PSBB transisi bagi sektor konstruksi. Karena konstruksi masih masuk dalam 11 sektor pengecualian PSBB. 

Di mana pembatasan tenaga kerja adalah 50%, tidak turun ke 25%. Sehingga emiten konstruksi masih dapat menjalankan proyek yang berjalan maupun proyek baru. 


"PSBB yang kembali diberlakukan saya rasa dampaknya masih sama dengan masa PSBB transisi, tidak akan lebih memberatkan ataupun menguntungkan bagi kelangsungan pengerjaan proyek saat ini," jelas Ajeng, Senin (14/9). 

Baca Juga: Begini dampak PSBB Jakarta bagi Acset Indonusa (ACST)

Dalam menanggapi pengetatan PSBB ini, lanjut Ajeng, emiten konstruksi mesti mencari proyek-proyek baru yang potensial dengan menyortir proyek mana yang memiliki likuiditas pendanaan tinggi dan mengejar pembayaran dari proyek-proyek yang rampung guna menjaga arus kas. 

Pasalnya, hingga akhir tahun ini kondisi masih akan berat bagi emiten konstruksi. Sebab pemerintah masih akan fokus pada penanganan Covid-19. Selain itu, jika dijalankan, maka anggaran infrastuktur pada RAPBN 2021 yang naik 47,3% baru akan terasa tahun depan. 

Dus untuk horizon jangka panjang, Ajeng masih merekomendasikan hold untuk saham PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dengan target harga Rp 1.250 dalam 12 bulan ke depan. Penurunan rekomendasi dari beli menjadi tahan saham WIKA mempertimbangkan estimasi penurunan laba tahun ini dan pelemahan kinerja yang mungkin berlanjut hingga tahun depan. 

"Karena melihat performa kuartal dua anjlok, estimasi saya penurunan kinerja tahun ini akan turun lebih jauh dan masih menunggu untuk kinerja di kuartal tiga," jelasnya.

Untuk pendapatan dan laba bersih 2020, Ajeng mengestimasikan kinerja WIKA mengalami penurunan masing-masing 39% dan 52% secara tahunan (yoy). Sedangkan untuk perolehan kontrak baru, WIKA diprediksi mengalami penurunan sekitar 40%-55% yoy. 

Selanjutnya: Ada PSBB Jakarta, Indocement (INTP) tidak revisi target penjualan semen tahun ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi