JAKARTA. Selain investor asing seperti PT Cheetham Garam Indonesia, PT Garam, selaku perusahaan pelat merah juga tertarik membangun areal produksi garam di Nusa Tenggara Timur (NTT). Slamet Irredenta, Direktur Utama PT Garam mengungkapkan, pembangunan areal produksi garam itu akan dilakukan di daerah Kupang, NTT. "Tahun ini, kami sedang menyelesaikan masalah teknis seperti perizinan lahan," kata Slamet beberapa waktu lalu. Meski tidak menyebutkan nilai investasinya, namun luas lahan yang akan dikembangkan PT Garam mencapai 5.000 hektare (Ha). Saat ini, perusahaan sedang menyelesaikan status pembebasan lahan agar tahun depan sudah bisa produktif. Pembangunan industri garam di NTT akan dilakukan secara bertahap. Tahap pertama, luas areal yang dibangun mencapai 3.000 Ha, sisanya seluas 2.000 Ha diselesaikan pada tahap kedua. Diatas kertas, produksi garam dari lahan yang di NTT ini bisa mencapai 120 ton per Ha. Slamet berpendapat, pembangunan industri garam tersebut sebagai upaya perusahaan untuk mengurangi ketergantungan impor garam. "Saat ini kami fokus ke produksi garam konsumsi, setelah itu baru memenuhi pemintaan garam industri," terang Slamet. Sebelumnya, Raksasa garam Australia, Cheetham Salt Ltd melalui unit usahanya PT Cheetham Garam Indonesia, juga tengah membangun industri garam seluas 1.050 hektare (ha) di NTT.
PT Garam perluas areal produksi 5.000 Ha di NTT
JAKARTA. Selain investor asing seperti PT Cheetham Garam Indonesia, PT Garam, selaku perusahaan pelat merah juga tertarik membangun areal produksi garam di Nusa Tenggara Timur (NTT). Slamet Irredenta, Direktur Utama PT Garam mengungkapkan, pembangunan areal produksi garam itu akan dilakukan di daerah Kupang, NTT. "Tahun ini, kami sedang menyelesaikan masalah teknis seperti perizinan lahan," kata Slamet beberapa waktu lalu. Meski tidak menyebutkan nilai investasinya, namun luas lahan yang akan dikembangkan PT Garam mencapai 5.000 hektare (Ha). Saat ini, perusahaan sedang menyelesaikan status pembebasan lahan agar tahun depan sudah bisa produktif. Pembangunan industri garam di NTT akan dilakukan secara bertahap. Tahap pertama, luas areal yang dibangun mencapai 3.000 Ha, sisanya seluas 2.000 Ha diselesaikan pada tahap kedua. Diatas kertas, produksi garam dari lahan yang di NTT ini bisa mencapai 120 ton per Ha. Slamet berpendapat, pembangunan industri garam tersebut sebagai upaya perusahaan untuk mengurangi ketergantungan impor garam. "Saat ini kami fokus ke produksi garam konsumsi, setelah itu baru memenuhi pemintaan garam industri," terang Slamet. Sebelumnya, Raksasa garam Australia, Cheetham Salt Ltd melalui unit usahanya PT Cheetham Garam Indonesia, juga tengah membangun industri garam seluas 1.050 hektare (ha) di NTT.