PT Golden Flower akan jadi perusahaan ke-13 yang melantai di bursa tahun ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satu lagi perusahaan bakal segera tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan dari sektor industri garmen dan tekstil, PT Golden Flower berencana melantai di bursa pada Juni 2019 nanti.

Dalam prospektus yang diterima Kontan.co.id, perusahaan yang berlokasi di Semarang, Jawa Tengah itu disebut akan mencatatkan sahamnya di BEI pada tanggal 26 Juni 2019 dengan perkiraan tanggal penawaran umum sepanjang 17 Juni-20 Juni 2019.

Dengan begitu, maka PT Golden Flower akan menjadi perusahaan ke 13 yang melantai di tahun 2019 ini. Hingga saat ini sudah ada 670 perusahaan yang melantai di bursa.


Rencananya perusahaan produsen aneka pakaian jadi itu akan menawarkan sebanyak 150 juta saham kepada publik dengan nilai nominal penawaran sebesar Rp 100. Dengan begitu perusahaan itu memroyeksikan dapat meraih dana segar sebesar Rp 15 miliar. Jumlah tersebut setara dengan 20% dari modal ditempatkan dan disetor penuh.

Sebelum ditawarkan kepada publik, jumlah saham perusahaan itu saat ini mencapai 1,8 miliar saham dengan mayoritas kepemilikan saham dimiliki oleh PT Profashion Apparel sebanyak 99,93% atau sekitar 599,96 juta saham. 

Sedangkan sisanya dimiliki oleh oleh komisaris utama perusahaan Po Sun Kok sebanyak 0,07% atau sekitar 40.000 saham. Dari situ, total jumlah nilai nominal modal ditempatkan dan disetor penuh perusahaan sebesar Rp 60 miliar rupiah.

Rencananya perusahaan akan menggunakan dana yang dihimpun untuk beberapa keperluan. Setelah dipotong untuk biaya emisi, perusahaan akan menggunakannya untuk modal kerja seperti dengan membeli bahan baku, biaya produksi, hingga biaya operasional pemasaran.

Pada tahun lalu, perusahaan ini meraih total penjualan sebesar Ro 438, 45 miliar. Jumlah ini naik tipis 0,16% dibanding tahun 2017 dimana perusahaan tercatat meraih pendapatan sebesar Rp 437, 76 miliar. Meski begitu, jumlah pendapatan perusahaan di tahun 2016 masih lebih tinggi. Tercatat pada saat itu perusahaan membukukan pendapatan sebesar Rp 479, 28 miliar. Dengan begitu dari tahun 2016 ke 2017 perusahaan mengalami penurunan pendapatan sebesar 8,66%.

Ekspor memiliki kontribusi paling besar bagi total pendapatan. Tercatat pada tahun 2018, ekspor perusahaan memiliki kontribusi sebesar Rp 418, 44 miliar dari total pendapatan di tahun itu sebesar Rp 438, 45 miliar. Hal serupa juga terjadi pada tahun 2017 dimana ekspor tercatat menyumbang sebesar Rp 412 miliar pemasukan dari total Rp 437, 77 miliar. Sedangkan di tahun 2017, ekspor menyumbang sebesar Rp 459, 06 miliar pemasukan dari total Rp 479, 28 miliar.

Bila ditilik lebih lanjut wajar bila pendapatan perusahaan paling banyak disumbang oleh ekspor. Hal tersebut lantaran perusahaan ini adalah produsen pakaian beberapa merk internasional ternama. Berdasarkan penelusuran Kontan.co.id, PT Golden Flower memproduksi barang-barang dari merek seperti Michael Kors, Calvin Klein, Tommy Hilfiger, DKNY, hingga American Eagle.

Sedangkan dari segi laba, meski perusahaan terus untung dalam kurun tiga tahun terakhir, namun jumlahnya bisa dikatakan sangat fluktuatif. Bila menilik ikhtisar laporan keuangan, pada tahun 2016 total laba bersih komprehensif perusahaan tercatat sebesar Rp 47, 44 miliar. Pada tahun berikutnya, laba perusahaan tercatat mengalami penurunan sangat dalam hingga sebesar 82% sehingga di tahun itu laba perusahaan hanya sebesar Rp 8,24 miliar. Sedangkan pada tahun 2018, perusahaan kembali mencatatkan pertumbuhan laba menjadi Rp 13, 19 miliar.

Aset perusahaan dari tahun ke tahun juga mengalami kenaikan. Pada tahun 2018 lalu, tercatat total aset perusahaan mencapai Rp 315,72 miliar terdiri dari Rp 249,79 miliar aset lancar dan Rp 65,93 miliar aset tidak lancar. Jumlah itu naik dari tahun 2017 dimana total aset perusahaan mencapai Rp 291, 90 miliar terdiri dari Rp 217,11 miliar aset lancar dan sisanya sebesar Rp 74,79 miliar sebagai aset tidak lancar. 

Lalu di tahun 2016, perusahaan membukukan aset sebesar Rp 285, 52 miliar terdiri dari Rp 189, 32 miliar aset lancar dan Rp 94, 20 miliar sebagai aset tidak lancar.

Sedangkan dari segi liabilitas, pada tahun 2018 perusahaan tercatat memiliki liabilitas sebesar Rp 203, 42 miliar. Jumlah tersebut turun 8,70% dari tahun 2017 dimana liabilitas perusahaan mencapai Rp 222, 80 miliar. Liabilitas itu paling tinggi dalam selama tiga tahun terakhir mengingat di tahun 2016 liabilitas perusahaan ‘hanya’ sebesar Rp 212, 66 miliar.

Dengan begitu maka rasio solvabilitas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua liabilitas pada tahun 2016, 2017 dan 2018 berturut-turut sebesar 3,00 kali; 3,22 kali dan 1,81 kali. Sedangkan debt to asset ratio pada tahun 2018, 2017, dan 2016 berturut-turut sebesar 0,64 kali; 0,76 kali; dan 0,75 kali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi