KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kliring Berjangka Indonesia (KBI) membangun ekosistem pertanian berkelanjutan di wilayah Kabupaten Klaten, Yogyakarta. Untuk mencapai itu, KBI menggandeng Fakultas Teknologi Pertanian dan Biosistem Universitas Gadjah Mada (UGM) serta Asosiasi Masyarakat Kedelai Lokal Nusantara (Asmakara). Pengembangan ekosistem pertanian berkelanjutan ditujukan untuk menjawab tantangan dan mengatasi permasalahan hulu hingga hilir para petani penggarap yang selama ini belum memiliki lahan sawahnya sendiri. Ekosistem tersebut difokuskan pada para petani yang menggarap tanaman kedelai. KBI memberikan bantuan pendanaan kepada petani penggarap kedelai untuk membangun ekosistem itu. Langkah itu merupakan bagian dari program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) perseroan.
Kolaborasi dengan mitra dan ditambah pendanaan yang disiapkan membentuk sebuah ekosistem dengan sistem Triple Helix, yaitu sistem kemitraan yang meliputi peran offtaker industry, Akademisi, dan Pemerintah Wilayah Kabupaten Klaten. Petani penggarap dapat menggunakan lahan yang dimiliki oleh pemerintah setempat dan kemudian hasil panennya dapat masuk ke resi gudang dan akan dijual kepada para standby buyer yang sudah dilibatkan dalam ekosistem ini. "Kesinambungan kerja yang dibangun dapat menjadi sebuah solusi untuk peningkatan ekonomi maupun kesejahteraan dari para petani penggarap." Budi Susanto, Plt Direktur Utama PT KBI dalam keterangan resminya, Rabu (11/10).
Baca Juga: Kementan Dorong Pembentukan 320.000 Petani Muda Melalui Program YESS hingga 2025 Ia bilang, program penyaluran bantuan dana diberikan kepada 55 petani penggarap kedelai dengan alokasi lahan 10 Ha di daerah Kabupaten Klaten dan Kabupaten Bantul. Program tersebut terdiri dari kemitraan dan pendataan Kelompok Tani Kedelai, Pendampingan dan Pelatihan Standard Operating Procedure (SOP) Budidaya Kedelai, dan Penanganan Pasca Panen Kedelai Lokal di petani. Harapannya, program tersebut dapat meningkatkan upaya budidaya kedelai dan kemandirian pangan kedelai serta meningkatkan pengetahuan dan hasil panen bagi petani penggarap dan kelompok petani.
"Kami bertekad untuk menciptakan sebuah ekosistem di mana petani penggarap yang tidak memiliki lahan sendiri dapat menikmati hasil jerih payah mereka setelah masa panen. Kedelai adalah komoditas yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia dan bahkan dunia. Permintaan kedelai terus meningkat, namun peningkatan produksi kedelai oleh petani harus diiringi dengan dukungan kemitraan yang memadai," tutur Budi.
Baca Juga: Atasi Fluktuasi Harga, Pemerintah Bakal Mengimpor 500.000 Ton Jagung Pakan Dengan program bantuan ini, kata Budi, petani penggarap tidak perlu khawatir tentang modal untuk penanaman, pemasaran produk mereka, bahkan modal awal yang kami berikan dapat digunakan untuk musim tanam berikutnya. Hasil panen kedelai dari para petani penggarap nantinya akan secara resmi tercatat dalam Sistem Resi Gudang (SRG) milik PT KBI. Langkah ini bertujuan untuk menyediakan kemudahan bagi para petani penggarap ketika mereka berencana untuk melakukan transaksi jual-beli. Dengan adanya pihak pembeli yang siap sedia, para petani penggarap dapat mengalami secara nyata hasil jerih payah yang telah mereka upayakan selama ini." pungkas Budi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dina Hutauruk