PT POS inginkan gudang sendiri



JAKARTA. PT Pos Indonesia melakukan perombakan besar-besaran terhadap beberapa anak usahanya. Langkah ini untuk memaksimalkan bisnis logistik. Salah satu perombakan besar adalah membatalkan rencana pengembangan bisnis hotel.

Semula PT Pos ingin membangun hotel di beberapa lahan yang mereka miliki. Namun, kini mereka pilih melego asetnya dan menggantinya dengan aset pergudangan.

"Kalau bikin hotel dan segala macem itu kompetensi berbeda. Kami akan berdarah-darah duluan sebelum tempur," ujar Gilarsi, Direktur Utama PT Pos Indonesia kepada KONTAN, Rabu (10/2).


Ia bilang bisnis properti PT POS lebih diarahkan untuk menggarap 4.000an aset agar lebih ekonomis. Menurut dia, kalaupun ada pengembangan di properti, hanya akan dilakukan dengan memoles bangunan untuk kemudian disewakan sebagai gedung perkantoran seperti di Bandung.

Menurutnya PT Pos Properti saat ini akan mengembangkan proyek pergudangan agar bisa dimanfaatkan oleh induknya Pos Indonesia. Karena itu manajemen PT Pos sedang menginventarisasi aset yang bisa dikembangkan sebagai gudang.

Selain menambah gudang, PT Pos akan menjual beberapa aset mendapatkan dana segar agar bisa membangun gudang baru dikawasan Bandara Soekarno Hatta atau kawasan Jabodetabek.

"Kalau gak punya dana kalau harus beli," imbuhnya. Dengan memiliki gudang sendiri PT Pos Indonesia tidak perlu mengeluarkan biaya untuk menyewa dari pihak ketiga.

Dengan pertimbangan itulah, Gilarsi masih belum mematok berapa target pendapatan dari anak usahanya bidang properti ini. Perlakuan berbeda justru diterapkan ke anak usahanya PT Pos Logistik.

Sebagai anak usaha yang membidangi logistik, lini usaha itu dipatok untuk menjadi penyumbang terbesar pendapatan tahun ini. Di tahun 2016 ini diharapkan bisa meningkatkan pendapatan dari Rp 500 miliar pada 2015 menjadi Rp 1 triliun.

Sedangkan untuk anak usahanya di bidang internet service provider PT Bhakti Wasantara Net tidak dipatok menyumbang kontribusi tahun ini. Gilarsi hanya menugaskan anak usahanya yang dibangun sejak 2000 itu mengevaluasi bisnis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie