KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Smelting (PTS), perusahaan peleburan dan pemurnian tembaga pada tahun ini akan mengolah sebesar 1,1 juta ton konsentrat tembaga.
Manager General Affair PTS Sapto Hadi mengatakan dari 1,1 juta ton konsentrat tembaga ini nantinya mampu menghasilkan 292.000 ton katoda tembaga, katoda tembaga menjadi produk utama mereka. Sapto menjelaskan PTS menjual katoda tembaga sebesar 60% ke pasar ekspor dan 40% ke pasar domestik. Adapun pasar ekspor yang menyerap produk mereka adalah negara kawasan Asia seperti Thailand dan Malaysia, perusahaan yang banyak membeli katoda tembaga ini merupakan industri kabel. Dari 40% penjualan katoda tembaga ke pasar domestik, ia bilang mereka memiliki lima pelanggan yang memang bergerak di industri kabel, beberapa di antaranya yaitu PT Tembaga Mulia Semanan dan PT Karya Sumiden Indonesia. Untuk penjualan ke depannya ia juga mengincar perusahaan seperti YKK Zipper.
Nantinya, Sapto mengharapkan penjualan katoda tembaga ke pasar domestik dapat bertumbuh. "Kita mengharapkan produk katoda tembaga ini mampu terserap di dalam negeri, kita ingin mendorong industri hilir," ujarnya saat kunjungan PT Smelting ke Kantor Kontan.co.id, Rabu (20/2).
Produk katoda tembaga PTS memiliki tingkat kemurnian 99,99%, menurut Sapto tingkat keumurnian dalam katoda tembaga ini juga akan berpengaruh terhadap serapan pasar. Guna memenuhi kebutuhan pasar domestik maupun ekspor, PTS memastikan produksi katoda tembaga tetap stabil. Meski PT Freeport Indonesia yang menjadi pemasok bahan baku utama konsentrat tembaga mengumumkan adanya penurunan produksi pada tahun ini, PTS memastikan hal ini tak akan berdampak terhadap opersional PTS. Sebelumnya seluruh bahan baku dipasok PT Freeport Indonesia dari tambang di Grasberg, Mimika. Nah produksi PTFI akan ada penurunan lantaran peralihan metode pertambangan dari penambangan terbuka menjadi penambangan bawah tanah, namun Sapto menegaskan bahwa PTFI akan tetap memasok konsentrat tembaga. Sejauh ini, seluruh bahan baku dipasok PT Freeport Indonesia dari tambangnya di Grasberg, Mimika. Meskipun PTFI mengumumkan adanya penurunan produksi dikarenakan peralihan metode pertambangan dari penambangan terbuka menjadi penambangan bawah tanah, namun PT Freeport berkomitmen memasok konsentrat tembaga kepada PT Smelting. "Kalau dari kita enggak ada yang berubah, lebih produksi mereka (Freeport) yang berubah karena ada peralihan," imbunya. PT Smelting rupanya tak hanya mengandalkan pasokan dari PTFI, mereka juga menerima konsentrat tembaga dari PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT). Dulu mereka membeli konsentrat tembaga dengan sistem kontrak jangka panjang. Sementara kini mereka melakukan pembelian secara langsung atau spot, selain itu AMNT juga tengah membangun smelter serupa. Ia bilang, komposisi pasokan konsentrat tembaga dari PTFI sebesar 90% dan 10% mereka dapat dari AMNT. Pun untuk tahun ini, komposisi pasokan dari AMNT diperkirakan sebesar 10%. Sekarang ini, pabrik pengolahan mereka memiliki kapasitas produksi katoda tembaga sebanyak 300.000 ton per tahun, kapasitas itu telah ditingkatkan pada 2009 yang mana sebelumnya smelter tersebut mempunyai kapasitas 270.000 ton per tahun pada 2007. Asal tahu saja mereka membangun smelter pada 1998 dan mulai produksi secara komersial pada 2000 dengan kapasitas awal sebesar 200.000 ton per tahun. Tak hanya memproduksi katoda tembaga, mereka juga memiliki produk lainnya seperti seperti asam sulfat dan terak tembaga, PTS menargetkan produksi 1,04 juta ton asam sulfat. Produk asam sulfat ini 100% mereka pasarkan di dalam negeri, mereka jual ke pabrik pupuk petro kimia Gresik yang pabriknya tak jauh dari PTS. "Untuk produk asam sulfat sudah terserap 100%, pabrik kita sebelahan dengan petro kimia," ungkapnya. Sementara untuk produk terak tembaga, mereka menargetkan produksinya mencapai 805.000 ton, produk sampingan ini diserap oleh industri bidang semen beton, ataupun galangan kapal. Sekadar informasi, 60,5% pemegang saham PT Smelting adalah Mitsubishi MateriĀal Corporation, kemudian 9,5% milik Mitsubishi Corporation Rtm Japan Ltd, JX Nippon dan Metal Corporation Ltd 5%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Azis Husaini