PT Timah mulai produksi nikel semester II-2018



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Timah Tbk terus melakukan diversifikasi usaha untuk menunjang bisnis utama. Kali ini melalui anak usahanya, PT Timah Investasi Mineral dan PT Dok dan Perkapalan Air Kantung, PT TImah mendirikan anak usaha pertambangan nikel, bernama PT TIM Nikel Sejahtera. Perusahaan berkode saham TINS di Bursa Efek Indonesia akan langsung produksi dan menjual ke pasar ekspor.

Latar belakang pembentukan cucu usaha baru itu karena penggabungan PT Timah Investasi Mineral dan PT Timah Eksplomin pada 1 Desember 2014 silam membuat Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi Nikel dari PT Timah Eksplomin tidak bisa diakomodir.  Sebab, PT Timah Investasi Mineral hanya memiliki IUP Operasi Produksi pengangkutan dan penjualan

Sementara PT Timah Eksplomin hanya memiliki IUP Operasi Produksi pasir kuarsa. Saat ini TINS memiliki IUP Operasi Produksi dan membentuk cucu usaha melalui dua anak usahanya. Adapun lokasi tambangnya berada di Kabaena, Sulawesi Tenggara.


Sekretaris Perusahaan TINS Amin Haris Sugiarto mengatakan, PT TIM Nikel Sejahtera merupakan cucu usaha yang baru dibentuk pada pekan lalu. Nantinya TIM Nikel Sejahtera ini akan berada di bawah anak usaha PT Timah Investasi Mineral, yang khusus berbisnis nikel.

"Semester II-2018 diharapkan  operasional sudah berjalan dan siap ekspor," ungkap dia kepada KONTAN, Selasa (6/3). Sayang, Amin belum bisa menjawab cadangan tambang nikel milik perusahaan dan soal rencana pembangunan smelter nikel.

Selain membentuk cucu usaha di bisnis nikel  PT Timah juga berbisnis lain di luar timah. Misalnya berbisnis rumahsakit, properti, yang baru ini untuk nikel. "Nanti di bawah investasi mineral. Dan  investasi mineral ada bisnis lain, ada pasir, batubara, nikel, salah satunya cucu ini urus nikel," jelas Amin.

Biarpun sudah dibentuk dan akan fokus di bisnis nikel Amin menyebut, perusahaan ini belum mematok target  PT TIM Sejahtera. Maklum, PT Timah  memang baru memulai bisnis nikel ini.

Makanya target cucu usaha tersebut pun masih dibahas oleh perseroan ini. "Jadi untuk keputusan pembentukan cucu usaha baru pekan lalu. Pararel sudah didaftarkan ke Kemeterian Hukum dan HAM. Bisnisnya memang nikel tapi targetnya belum update," imbuh Amin.

Biarpun belum bisa membeberkan target cucu usahanya itu, Amin berharap PT TIM Nikel Sejahtera bisa mulai berkontribusi dari sisi pendapatan dan laba tahun ini atau tahun depan ke induk perusahaan. "Targetnya bisa berkontribusi tahun ini, bisa tahun depan. Karena semua lagi baru urus ini," ungkap dia.

PT Timah Tbk masih akan terus mengandalkan bisnis utama timah, biarpun sudah melakukan diversifikasi usaha. Seperti di bidang batubara, nikel, pasir, properti hingga rumah sakit.

Tahun ini, PT Timah Tbk menargetkan produksi timah sebesar 35.500 ton bijih timah atau naik sebanyak 500 ton biji timah dibandingkan target produksi tahun lalu yang sebesar 35.000 ton bijih timah.

Untuk mencapai target tersebut, TINS menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) 2018 sebesar Rp 2,65 triliun. Dana tersebut  untuk investasi induk perusahaan sebesar Rp 2,23 triliun, yang akan digunakan untuk anggaran pembesaran kapasitas sebesar Rp 994 miliar.

Lalu rekondisi dan replacement sebesar Rp 575 miliar, sarana umum dan revitalisasi aset sebesar Rp 329 miliar. Kemudian sarana pendukung sebesar Rp 222 miliar, dan pengembangan usaha sebesar Rp 107 miliar.

Sedangkan sisanya sebesar Rp 422 miliar dialokasikan untuk anak usaha yang terbagi untuk PT Rumah Sakit Bakti Timah sebesar Rp 156 miliar dan PT Timah Investasi Mineral sebesar Rp 95,8 miliar. Kemudian juga untuk PT Dok dan Perkapalan Air Kantung dikucuri Rp 88 miliar, suntikan ke PT Timah Industri senilai Rp 74 miliar, dan PT Timah Karya Persada Properti senilai Rp 7,5 miliar. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sofyan Hidayat