PT Timah Tbk kena imbas kerugian Koba Tin



JAKARTA. Ratusan karyawan PT Timah Tbk menggelar unjuk rasa, akhir pekan lalu. Dalam daftar tuntutan yang diajukan karyawan, terselip desakan agar pemerintah serius mengevaluasi kinerja PT Koba Tin, yang terus rugi.

Karyawan perusahaan pelat merah itu menuding perusahaan yang berbasis di Malaysia tersebut sengaja melakukan transfer pricing. Istilah itu merujuk ke pemberian harga khusus dalam penjualan suatu produk ke perusahaan lain yang terafiliasi demi kepentingan keuangan grup. Nah, aktivitas ini disinyalir jadi biang keladi rontoknya keuangan Koba Tin beberapa tahun belakang. Kerugian itu menyeret Timah, karena yang   BUMN itu memiliki saham Koba Tin sebanyak 25%.

Agung Nugroho, Corporate Secretary PT Timah mengatakan, aksi unjuk rasa yang dilakukan Ikatan Karyawan Timah di depan gedung dewan dan pemerintah provinsi Bangka Belitung sangat erat kaitannya dengan kinerja Koba Tin. "Aksi itu mengenai transfer pricing Koba Tin. Mereka terus rugi, yang pada akhirnya berdampak ke kami," kata dia kepada KONTAN akhir pekan lalu.


Saat ini porsi saham terbesar Koba Tin, tepatnya 75%, berada di tangan Malaysia Smelting Corporation Berhard (MSC). Sisa saham Koba Tin dimiliki Timah. Masa kontrak karya (KK) Koba Tin di atas areal pertambangan seluas 41.510 hektare (ha), akan habis pada 31 Maret 2013. Namun, pemerintah telah memperpanjang konsesi tersebut hingga 30 Juni depan.

Pemerintah telah membentuk tim evaluasi untuk mengkaji besaran biaya yang harus dibayar Koba Tin pasca kegiatan penambangan. Tim juga akan mengevaluasi status perizinan berakhirnya KK. Maklum, MSC telah mengajukan proposal untuk memperpanjang KK. Di sisi lain, Timah juga telah menyatakan niat untuk mengambil alih pengelolaan atas area tersebut.

Menurut Agung, kegiatan transfer pricing yang dilakukan Koba Tin jelas-jelas merugikan Timah selaku pemegang saham minoritas. "Kerugian Timah sama saja dengan kerugian karyawan. Karena itu mereka unjuk rasa meminta tim evaluasi untuk tidak memperpanjang KK," ujar dia.

Ikut merugi

Ia menjelaskan, adanya transfer pricing bisa dilihat dalam kinerja keuangan Koba Tin yang selalu minus dalam lima tahun terakhir kecuali di tahun 2008 dan 2010, yang masing-masing untung US$ 3,26 juta dan US$ 4 juta.

Pada 2009, Koba Tin mengalami kerugian US$ 6,08 juta. Kerugian pada 2011 dan 2012 masing-masing US$ 6,29 juta dan US$ 6 juta. Kerugian tersebut juga ditanggung oleh Timah.Ambil contoh tahun lalu, saat Koba Tin merugi US$ 6 juta, maka Timah juga merugi US$ 1,5 juta.

Dede I Suhendar, Direktur Pengusahaan Mineral Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memberi keterangan berbeda. Ia menuturkan, aksi unjuk rasa karyawan Timah yang terjadi di Bangka Belitung sama sekali tidak berkaitan dengan kontrak Koba Tin.

Terkait dengan status KK Koba Tin, pemerintah menjamin, andaikata kontrak tersebut diperpanjang, maka Timah akan memperoleh porsi kepemilikan saham paling lebih besar daripada MSC.      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Azis Husaini