KONTAN.CO.ID - PANGKALPINANG. Tren penurunan harga timah global tak membuat PT Timah Tbk gentar. Buktinya, perusahaan yang memiliki kode emiten TINS ini optimistis volume produksi timah logam dapat tumbuh dua kali lipat dibanding tahun 2018. Direktur operasional TINS Alwin Albar mengatakan, untuk tahun ini volume produksi logam timah bisa berada di kisaran 63.000-70.000 ton. Padahal tahun lalu, volume produksi timah logam hanya 33.425 ton.
Baca Juga: Timah (TINS) segera bangun smelter berkapasitas 2.000 ton di Nigeria Tingginya kenaikan produksi timah sudah terlihat sejak kuartal 1-2019 lalu. Di mana volume produksi timah logam sudah melesat 304% menjadi 16.300 metrik ton. Kenaikan produksi disinyalir karena TINS kini diwajibkan menarik produksi yang dihasilkan oleh mitra kerja yang melakukan penambangan di IUP yang dimiliki perusahaan.
Baca Juga: Ganti teknologi smelter, Timah (TINS) akan terbitkan surat utang Rp 1,3 triliun Lebih lanjut Alwin bilang, produksi timah di tahun ini sudah maksimal. Artinya di tahun depan, volume produksi berpotensi stagnan. Tingginya volume produksi yang dimiliki TINS juga menjadi batu sandungan tersendiri. Lantaran, saat ini harga timah global sedang menunjukan tren penurunan. Mengutip
Bloomberg, kemarin harga timah kontrak tiga bulanan di London Exchange Metal (LME) ada di level US$ 17.925 per metrik ton, angka ini jauh di bawah pasaran timah saat kuartal 1-2019 lalu yang tembus US$ 21.000 per metrik ton.
Baca Juga: PT Timah (TINS) mengucurkan dana CSR hingga Rp 180,2 miliar dalam empat tahun “Kalau harganya kembali ke US$ 21.000 per metrik ton kami bisa untung besar. Tetapi pelemahan harga saat ini hanya sementara saja, karena ada banyak faktor eksternal,” jelas Alwin. Dia pun yakin, dengan potensi berkembangnya mobil listrik,
demand terhadap timah akan semakin tinggi dan membuat harga kembali
rebound. Memang perang dagang yang melibatkan Amerika Serikat dan China membuat harga komoditas ketar ketir. Terlebih ekonomi China cukup terpukul karena sentimen tersebut dan akhirnya menyebabkan permintaan dari Negeri Tirai Bambu ini sedikit berkurang.
Baca Juga: Semester 1, PT Timah (TINS) serap 60% belanja modal Sekedar informasi, ekspor timah perusahaan anggota indeks KOMPAS100 ini mayoritas ke Asia Timur dan Eropa. Di mana negara terbesar adalah China, Jepang dan Korea Selatan. “Timah masih banyak dibutuhkan negara yang mengembangkan elektronik,” tegas Alwin. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli