KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selain rencana hilirisasi, PT Bukit Asam Tbk (
PTBA) juga akan melanjutkan proyek pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga uap (PLTU) dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin menjelaskan bahwa pihaknya akan bekerjasama dengan PT Aneka Tambang Tbk (
ANTM) guna membangun PLTD dan PLTU di Halmahera Timur, Maluku Utara. "Ini merupakan proyek sinergi BUMN pertambangan dan sudah melewati feasibility study yang kemudian dilanjutkan lewat joint venture antara kami dan Antam," ujarnya di Jakarta, Senin (11/3).
Dalam usaha patungan ini, PTBA akan menguasai kepemilikan saham 75% dalam joint venture tersebut. Sisanya yang sebesar 25% akan dimiliki oleh Antam. Adapun kapasitas PLTU tersebut sebesar 3x60 Mega Watt (MW) dan PLTD berkapasitas 3x17 MW. Pembangkit listrik itu memenuhi kebutuhan listrik pabrik feronikel milik Antam di lokasi tersebut. Total nilai investasinya diperkirakan mencapai US$ 350 juta atau setara Rp 4,9 triliun dan konsumsi batubaranya mencapai 0,65 juta ton per tahun. "Kami perlu bangun PLTD juga karena kebutuhan listrik smelter tidak bisa cuma PLTU. Karena suatu saat tertentu dia perlu daya yang tinggi, untuk bisa menjalankan smelter itu. Itu tidak semua bisa PLTU, jadi perlu backup PLTD," terang Arviyan. Arviyan menambahkan, target beroperasinya kedua pembangkit listrik itu di pertengahan 2023. Sehingga sudah bisa memasok kebutuhan listrik smelter milik Antam tersebut. Selain itu, PTBA juga akan mengerjakan proyek PLTU Mulut Tambang Sumsel 8 yang terletak di Muara Enim, Sumatera Selatan. Proyek ini merupakan
Independent Power Producer (IPP) berkapasitas 2x620 MW. Dalam proyek ini, PTBA membuat usaha patungan yang bernama PT Huadian Bukit Asam Power (HBAB) yang di dalamnya PTBA yang memiliki saham sebesar 45% dan China Hongkong Company Ltd menguasai 55% saham. Proyek PLTU ini memiliki nilai investasi sebesar US$ 1,68 miliar dengan skema pembiayaan 25% dari
equity dan
debt sebesar 75%. Amandemen
Power Purchase Agreement (PPA) dan Coal Supplly Agreement (CSA) telah ditandatangani bersama PT PLN, PTBA dan HBAB pada 19 Oktober 2017 lalu. HBAB dan Bank China Export Import (CEXIM) juga telah menandatangani perjanjian fasilitas pinjaman sebesar US$ 1,26 miliar pada 23 Mei 2018 dan telah
financial close pada Juni 2018 lalu. Arviyan bilang, konstruksi PLTU tersebut telah dimulai sejak Juni 2018 dan diperkirakan akan memakan waktu 42 bulan untuk unit I dan 45 bulan untuk unit II dengan total kebutuhan batubara sebesar 5,4 juta ton per tahun. "
Commercial Operation Date (COD) untuk unit I diharapkan 2021 sudah bisa berjalan. Sementara untuk unit II pada tahun 2022," papar dia. Selanjutnya kata Arviyan, PTBA juga bakal melakukan optimasi pengangkutan batubara dengan menggunakan jalur kereta api. Untuk ekspansi ini, PTBA akan mengandeng PT Kereta Api Indonesia. Proyek yang berkapasitas 60 juta ton per tahun ini ditargetkan beroperasi pada tahun 2023. Arviyan menjabarkan bahwa ada dua jalur pengangkutan batubara yang akan dikelola antara lain jalur Tanjung Enim- arah utara dengan kapasitas angkut 10 juta ton per tahun beserta fasilitas dermaga baru Perajin yang juga diharapkan beroperasi di 2023.
"Lalu pengembangan dermaga Kertapati direncanakan siap beroperasi dengan kapasitas mencapai 5 juta ton per tahun pada Juli 2019," imbuhnya. Jalur yang kedua adalah Tanjung Enim arah selatan yang di bagi atas dua bagian yaitu Tarahan I dan Tarahan II. Untuk Tarahan I, pengembangan kapasitas jalur existing menjadi 25 juta ton per tahun pada tahun 2020 dari 20,3 juta ton per tahun di 2019. "Lalu Tarahan II dengan kapasitas angkut 20 juta ton per tahun dan akan beroperasi di 2023," tutup Arviyan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto