JAKARTA. Ekspansi PT Bukit Asam Tbk (PTBA) tidak terbatas pada bisnis batubara. Emiten pelat merah tersebut juga terus memacu bisnis gas metan batubara alias coal bed methane (CBM).Milawarma, Direktur Utama PTBA menyatakan, perusahaan sedang mengajukan aplikasi untuk mulai melakukan pengeboran di dua wilayah kerja baru, gas CBM, yang berlokasi di Riau dan Sumatera Barat.Penggarapan dua wilayah kerja baru gas CBM tersebut bakal dilaksanakan secara bertahap. Manajemen PTBA memperkirakan, kebutuhan investasi untuk menggarap dua wilayah kerja gas CBM itu senilai US$ 50 juta.Dua wilayah kerja itu tentu saja bakal menambah portofolio gas CBM di luar Tanjung Enim, Sumatera Selatan. "Kami berharap, aplikasi pengeboran bisa diperoleh tahun depan," terang Milawarma, belum lama ini.Joko Pramono, Sekretaris Perusahaan PTBA menambahkan, penggarapan proyek CBM Tanjung Enim masih sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. PTBA berencana menambah lubang bor menjadi lima unit di tahun depan dari jumlah saat ini yang 3 unit. "Jika berjalan mulus, kami bisa mulai melakukan produksi gas CBM pada tahun 2015," terang Joko.Asal tahu saja, potensi gas CBM di Tanjung Enim lumayan besar. Joko membeberkan, cadangan CBM di sana mencapai sekitar 0,8 triliun kaki kubik atau trillion cubic feet (TCF).Sementara, kapasitas produksi gas CBM Tanjung Enim ditargetkan bisa mencapai 40 juta kaki kubik per hari (mmscf). Kendati memiliki prospek yang bagus, PTBA tidak ingin menanggung risiko terlalu besar dalam investasi gas CBM di Tanjung Enim.Ini terlihat dari kepemilikan saham PTBA atas proyek gas CBM yang justru minoritas, yaitu 27,5%. Pemegang saham mayoritas proyek CBM Tanjung Enim justru perusahaan asal Australia, Dart Energy. Sementara 27,5% porsi saham sisanya dikuasai PT Pertamina (Persero).Porsi saham seperti itu berimplikasi pada kucuran investasi atas proyek CBM Tanjung Enim. Dart Energy akan menalangi seluruh investasi penggarapan awal proyek CBM Tanjung Enim. Adapun, total investasi gas CBM Tanjung Enim pada tiga tahun awal bernilai hingga US$ 14,48 juta. "Dana tersebut akan diganti dari hasil keuntungan setelah CBM Tanjung Enim berproduksi secara komersial," kata Joko.Secara keseluruhan, PTBA menyiapkan total belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai Rp 2,5 triliun hingga Rp 3 triliun di tahun 2014. Capex PTBA tahun depan memang lebih besar dari alokasi tahun ini yang hanya bernilai Rp 2,2 triliun.Maklum saja, beberapa proyek ekspansi PTBA yang semestinya digarap tahun ini mesti ditunda. Penyebabnya tidak lain karena kondisi industri batubara yang sedang kurang bergairah.Pada penutupan perdagangan, Senin (2/12), harga PTBA anteng di level Rp 12.000 per saham.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
PTBA akan menggarap dua blok gas CBM
JAKARTA. Ekspansi PT Bukit Asam Tbk (PTBA) tidak terbatas pada bisnis batubara. Emiten pelat merah tersebut juga terus memacu bisnis gas metan batubara alias coal bed methane (CBM).Milawarma, Direktur Utama PTBA menyatakan, perusahaan sedang mengajukan aplikasi untuk mulai melakukan pengeboran di dua wilayah kerja baru, gas CBM, yang berlokasi di Riau dan Sumatera Barat.Penggarapan dua wilayah kerja baru gas CBM tersebut bakal dilaksanakan secara bertahap. Manajemen PTBA memperkirakan, kebutuhan investasi untuk menggarap dua wilayah kerja gas CBM itu senilai US$ 50 juta.Dua wilayah kerja itu tentu saja bakal menambah portofolio gas CBM di luar Tanjung Enim, Sumatera Selatan. "Kami berharap, aplikasi pengeboran bisa diperoleh tahun depan," terang Milawarma, belum lama ini.Joko Pramono, Sekretaris Perusahaan PTBA menambahkan, penggarapan proyek CBM Tanjung Enim masih sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. PTBA berencana menambah lubang bor menjadi lima unit di tahun depan dari jumlah saat ini yang 3 unit. "Jika berjalan mulus, kami bisa mulai melakukan produksi gas CBM pada tahun 2015," terang Joko.Asal tahu saja, potensi gas CBM di Tanjung Enim lumayan besar. Joko membeberkan, cadangan CBM di sana mencapai sekitar 0,8 triliun kaki kubik atau trillion cubic feet (TCF).Sementara, kapasitas produksi gas CBM Tanjung Enim ditargetkan bisa mencapai 40 juta kaki kubik per hari (mmscf). Kendati memiliki prospek yang bagus, PTBA tidak ingin menanggung risiko terlalu besar dalam investasi gas CBM di Tanjung Enim.Ini terlihat dari kepemilikan saham PTBA atas proyek gas CBM yang justru minoritas, yaitu 27,5%. Pemegang saham mayoritas proyek CBM Tanjung Enim justru perusahaan asal Australia, Dart Energy. Sementara 27,5% porsi saham sisanya dikuasai PT Pertamina (Persero).Porsi saham seperti itu berimplikasi pada kucuran investasi atas proyek CBM Tanjung Enim. Dart Energy akan menalangi seluruh investasi penggarapan awal proyek CBM Tanjung Enim. Adapun, total investasi gas CBM Tanjung Enim pada tiga tahun awal bernilai hingga US$ 14,48 juta. "Dana tersebut akan diganti dari hasil keuntungan setelah CBM Tanjung Enim berproduksi secara komersial," kata Joko.Secara keseluruhan, PTBA menyiapkan total belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai Rp 2,5 triliun hingga Rp 3 triliun di tahun 2014. Capex PTBA tahun depan memang lebih besar dari alokasi tahun ini yang hanya bernilai Rp 2,2 triliun.Maklum saja, beberapa proyek ekspansi PTBA yang semestinya digarap tahun ini mesti ditunda. Penyebabnya tidak lain karena kondisi industri batubara yang sedang kurang bergairah.Pada penutupan perdagangan, Senin (2/12), harga PTBA anteng di level Rp 12.000 per saham.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News