JAKARTA. Aksi pembajakan kapal tongkang Indonesia oleh kelompok Abu Sayyaf berbuntut panjang bagi aktivitas bisnis. Sejumlah aktivitas pengiriman barang melalui jalur laut ke Filipina terganggu. Salah satu yang merasakan dampak tersebut adalah PT Bukit Asam (Persero) Tbk. Saat ini, manajemen PT Bukit Asam menunda aktivitas pengiriman kapal tongkang berisi batubara ke negara beribukota Manila tersebut hingga Agustus 2016. Penundaan tersebut berlaku sampai ada kepastian keamanan dari Pemerintah Filipina. Tak bertindak sepihak, Bukit Asam mengaku keputusan tersebut, mereka ambil berdasarkan kesepakatan dengan pembeli alias end user.
"Kami akan lakukan perubahan jadwal, harusnya ekspor dipatok pada bulan Mei jadi penjadwalan akan dilakukan pada bulan Agustus," terang Sekretaris Perusahaan PT Bukit Asam (Persero) Tbk Joko Pramono kepada KONTAN, Minggu (24/4). Lantaran sudah mengantongi restu dari end user, Bukit Asam menyatakan jalinan bisnis dengan mitra di Filipina tak putus. Perusahaan berkode PTBA di Bursa Efek Indonesia tersebut memastikan, kontrak bisnis dari Filipina yang sudah ada di tangan, masih berlanjut. Namun, Bukit Asam juga tak mau duduk termenung menunggu pasar Filipina kembali aman. Sembari menunggu kabar baik, perusahaan tersebut mengalihkan pengiriman batubara pada periode Mei yang sedianya dikirim ke Filipina tadi, ke Hong Kong. Hanya saja, Bukit Asam tak berbagi informasi mengenai volume pengiriman batubara ke Hong Kong. Tak ketahuan pula nilai ekspor atas pengiriman batubara itu. Manajemen Bukit Asam cuma bilang, strategi pengalihan ekspor sementara, membikin mereka tak harus kehilangan potensi pendapatan. "Terkait dengan adanya penyanderaan itu, tidak berdampak, ekspor masih tetap berjalan, hanya kami alihkan saja," tandas Joko. Sebelumnya manajemen Bukit Asam menyatakan, komposisi volume penjualan batubara tahun 2015 yakni; 47% ekspor dan 53% domestik. Total volume penjualan ekspor mereka tahun lalu sebesar 19,1 juta ton batubara. Sementara pada tahun ini Bukit Asam membidik volume penjualan batubara sebesar 29,17 juta ton. Minta jaminan Pengalihan negara tujuan ekspor yang dilakukan oleh Bukit Asam tersebut sejalan dengan tindakan pemerintah. Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menghentikan sementara aktivitas ekspor ke Filipina. Sebagai gantinya, tujuan ekspor batubara Indonesia beralih ke negara lain, seperti Thailand dan Hong Kong.
Alasan Kementerian ESDM menyetop sementara ekspor batubara ke Filipina karena Pemerintah Filipina seperti bergeming, tak memberikan jaminan keamanan apapun. "Pak JK (Wakil Presiden RI Jusuf Kalla) juga kan sudah minta jaminan terkait itu," ujar Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Batubara Kementerian ESDM, Agung Pribadi di Kantor Ditjen Minerba Jakarta, pekan lalu. Padahal Kementerian ESDM menyebutkan, tingkat ketergantungan impor batubara Filipina terhadap Indonesia sangat besar. Selama ini, 70% kebutuhan batubara dari negara tersebut berasal dari Indonesia. Atas penyetopan sementara ekspor batubara ke Filipina, Kementerian ESDM mengaku belum mendapati laporan dari produsen batubara dalam negeri berupa revisi rencana kerja anggaran bulanan (RKAB). "Belum ada yang merevisi, masih belum ada complain juga, mudah-mudahan tidak ada," harap Agung. n Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dikky Setiawan