JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) akan membangun pabrik teknologi energi batubara dengan menggandeng Ignite Energi Ltd di Australia yang memiliki teknologi coal liquefaction dan coal upgrading. Konsolidasi teknologi energi ini untuk mendukung bisnis perusahaan pada bidang batubara yang sedang surut. “Kami akan menginvestasikan dana sekitar AUD 40 juta-AUD 50 juta untuk pembangunan pabrik teknologi energi ini,” kata Achmad Sudarto, Direktur Keuangan Bukit Asam, Senin (3/8) kemarin. PTBA, lanjut Achmad, hanya membeli lisensi teknologi asal Australia tersebut bukan membeli aset perusahaan. Jika tidak ada aral melintang, teknologi energi itu akan mulai dioperasionalkan pada tahun 2017 dengan basis pabrik berada di Indonesia dan server berada di Australia. Nantinya, teknologi ini dapat mengkonversi batubara berkalori rendah menjadi produk berkalori tinggi dan sintetik oil. Konversi ini akan memberikan nilai tambah bagi perusahaan karena akan memperoleh keuntungan margin yang luar biasa. Pasalnya, harga batubara sedang mengalami penurunan dan pengurangan permintaan barang sehingga menyulitkan perusahaan untuk bergerak ke atas. Terkait dengan kinerja di Semester II/2015, Achmad mengatakan kinerja perseroan masih akan sama dengan tahun lalu. Pasalnya tahun ini harga batubara sedang tidak bagus dan cenderung stagnan dibandingkan tahun lalu. “Margin memang mengalami penurunan, namun kami melihat kinerja semester II/2015 akan lebih baik dibandingkan semester I/2015,” ujarnya. Di semester I/2015, PTBA hanya mencatat kenaikan penjualan 1,30% menjadi Rp 6,51 triliun. Perlambatan pendapatan usaha ini menyebabkan laba usaha turun 35% menjadi Rp 893,12 miliar.
PTBA beli teknologi konversi batubara AUD 50 juta
JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk (PTBA) akan membangun pabrik teknologi energi batubara dengan menggandeng Ignite Energi Ltd di Australia yang memiliki teknologi coal liquefaction dan coal upgrading. Konsolidasi teknologi energi ini untuk mendukung bisnis perusahaan pada bidang batubara yang sedang surut. “Kami akan menginvestasikan dana sekitar AUD 40 juta-AUD 50 juta untuk pembangunan pabrik teknologi energi ini,” kata Achmad Sudarto, Direktur Keuangan Bukit Asam, Senin (3/8) kemarin. PTBA, lanjut Achmad, hanya membeli lisensi teknologi asal Australia tersebut bukan membeli aset perusahaan. Jika tidak ada aral melintang, teknologi energi itu akan mulai dioperasionalkan pada tahun 2017 dengan basis pabrik berada di Indonesia dan server berada di Australia. Nantinya, teknologi ini dapat mengkonversi batubara berkalori rendah menjadi produk berkalori tinggi dan sintetik oil. Konversi ini akan memberikan nilai tambah bagi perusahaan karena akan memperoleh keuntungan margin yang luar biasa. Pasalnya, harga batubara sedang mengalami penurunan dan pengurangan permintaan barang sehingga menyulitkan perusahaan untuk bergerak ke atas. Terkait dengan kinerja di Semester II/2015, Achmad mengatakan kinerja perseroan masih akan sama dengan tahun lalu. Pasalnya tahun ini harga batubara sedang tidak bagus dan cenderung stagnan dibandingkan tahun lalu. “Margin memang mengalami penurunan, namun kami melihat kinerja semester II/2015 akan lebih baik dibandingkan semester I/2015,” ujarnya. Di semester I/2015, PTBA hanya mencatat kenaikan penjualan 1,30% menjadi Rp 6,51 triliun. Perlambatan pendapatan usaha ini menyebabkan laba usaha turun 35% menjadi Rp 893,12 miliar.