JAKARTA. Tekanan bagi emiten batubara belum usai. Bahkan, potensi tekanan kian besar mengingat India yang merupakan salah satu konsumen utama batubara tengah mengalami kemerosotan ekonomi terburuk sejak 20 tahun terakhir. Pelemahan rupee yang terjadi belakangan ini dipicu oleh naiknya defisit transaksi berjalan, akibat tingginya impor energi, tak terkecuali batubara. Hasilnya, perusahaan energi di India memberikan sinyal untuk memangkas pembelian batubara, termasuk dari Indonesia. Padahal, selama ini India membeli seperlima dari total ekspor batubara Indonesia. Indonesia menargetkan tahun ini mengekspor batubara sekitar 317 juta ton sampai dengan 400 juta ton.
Salah satu emiten Indonesia yang berpotensi terkena dampak dari gejolak ekonomi di India adalah PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA). India merupakan salah satu negara tujuan ekspor batubara di bawah 5.000 kilo kalori per kilogram (Kcal/kg) anak usaha PTBA, yaitu PT Bukit Asam Prima (BAP). Selama semester I 2013, BAP menjual 600.000 ton batubara ke India. Volume penjualan ini sebesar 7,5% dari total penjualan PTBA yang mencapai 8,8 juta ton. "Tetapi, sejauh ini belum ada pembatalan kontrak," tandas Joko Pramono, Sekertaris Perusahaan PTBA, kepada KONTAN, Jumat (13/9). Meski tidak ada pembatalan kontrak, bukan berarti dalam jangka panjang gejolak ekonomi di India tidak akan mempengaruhi kinerja PTBA.