JAKARTA. Emiten batubara milik pemerintah, PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA), terus menggeber proyek-proyek energi dan infrastruktur. Kali ini, PTBA mematangkan rencananya berekspansi ke luar negeri dengan membangun pembangkit listrik di Myanmar dan Vietnam. Demi proyek itu, PTBA akan mencari pendanaan eksternal dari pinjaman perbankan maupun obligasi. Direktur Keuangan PTBA, Achmad Sudarto, mengatakan, perseroan berencana membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di kedua negara itu berkapasitas masing-masing 2 x 100 Mega Watt (MW). Nilai proyek PLTU per negara sekitar US$ 300 juta. Dengan begitu, total investasi PTBA untuk ekspansi luar negerinya itu mencapai US$ 600 juta. Achmad mengatakan, demi memuluskan rencana itu, tahun depan PTBA akan mencari pendanaan baru. Pasalnya, PTBA selama ini konsisten menggunakan skema project financing dengan komposisi pendanaan eksternal sebesar 70% dari total nilai proyek. Artinya, perseroan akan mencari pendanaan eksternal mencapai US$ 420 juta untuk ekspansi itu. Sisa pendanaan akan berasal dari ekuitas perseroan yang mencapai Rp 4 triliun.
PTBA cari utang baru demi proyek luar negeri
JAKARTA. Emiten batubara milik pemerintah, PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA), terus menggeber proyek-proyek energi dan infrastruktur. Kali ini, PTBA mematangkan rencananya berekspansi ke luar negeri dengan membangun pembangkit listrik di Myanmar dan Vietnam. Demi proyek itu, PTBA akan mencari pendanaan eksternal dari pinjaman perbankan maupun obligasi. Direktur Keuangan PTBA, Achmad Sudarto, mengatakan, perseroan berencana membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di kedua negara itu berkapasitas masing-masing 2 x 100 Mega Watt (MW). Nilai proyek PLTU per negara sekitar US$ 300 juta. Dengan begitu, total investasi PTBA untuk ekspansi luar negerinya itu mencapai US$ 600 juta. Achmad mengatakan, demi memuluskan rencana itu, tahun depan PTBA akan mencari pendanaan baru. Pasalnya, PTBA selama ini konsisten menggunakan skema project financing dengan komposisi pendanaan eksternal sebesar 70% dari total nilai proyek. Artinya, perseroan akan mencari pendanaan eksternal mencapai US$ 420 juta untuk ekspansi itu. Sisa pendanaan akan berasal dari ekuitas perseroan yang mencapai Rp 4 triliun.