JAKARTA. Anak usaha PT United Tractors Tbk (UNTR), PT Pamapersada Nusantara (Pama), dan PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) akan berkongsi menggarap pembangunan pembangkit listrik milik PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Dalam proyek kerja sama itu, PTBA mendapatkan jatah terbesar yaitu 55%. Sedangkan Pama mengambil porsi 30%. Sebesar 15% yang tersisa diambil oleh perusahaan asal India, Lanko.Nilai total pembangunan dua pembangkit yang akan digarap PTBA cs adalah US$ 1,17 miliar. Perinciannya, pembangkit di Riau memiliki kapasitas 2x300 MW nilainya berkisar US$ 720 juta hingga US$ 780 juta. Pembangkit kedua yang memiliki kapasitas 2x150 MW bernilai US$ 360 juta-US$ 390 juta.Sukrisno, Direktur Utama PTBA menyatakan, emiten tambang itu akan menggunakan dana kas yang dimiliki untuk ikut serta dalam proyek tersebut. Menurut laporan keuangan per akhir September 2010, PTBA memiliki kas Rp 4,8 triliun. Di proyek itu, selain bertindak sebagai kontraktor, PTBA juga akan menjadi pemasok batubara ke dua pembangkit tersebut. Butuh pinjamanDirektur Utama UNTR Djoko Pranoto masih enggan menyebut kebutuhan dana untuk ikut serta dalam proyek itu. Namun induk usaha UNTR, PT Astra International Tbk (ASII), menganggarkan US$ 500 juta untuk bisnis kontraktor pertambangan di 2011. Prijono Sugiarto Direktur Utama ASII mengungkapkan, anggaran belanja modal alias capital expenditure (capex) Pama memang paling besar dibandingkan anak usaha yang lain. Total capex ASII tahun ini mencapai US$ 1,3 miliar.Besarnya anggaran untuk Pama tidak lepas dari kontribusinya ke sang induk yang besar. Sepanjang 2010, Pama menyumbang 45,5% dari total pendapatan bersih UNTR yang mencapai Rp 37,32 triliun.Bisnis penjualan alat berat menyumbang 46,3% dari total pendapatan UNTR. Sisa pendapatan UNTR berasal dari tambang batubara yang dikelolanya di bawah bendera Dasa Eka Jasatama dan Tuah Turangga Agung.Kepala Riset Mandiri Sekuritas, Ari Pitoyo menilai, konsorsium ini akan sangat mempengaruhi kinerja PTBA. Karena selain menjadi kontraktor, PTBA juga akan bertugas memasok batubara ke PLTU.Ari menghitung, pembangkit listrik senilai 10.000 MW akan membutuhkan pasokan batubara 30 juta ton per tahun. Jika pembangkit itu sudah berjalan, penjualan batubara PTBA bakal terangkat.Ari menambahkan nilai proyek yang besar memang akan menjadi beban tersendiri bagi kedua emiten itu. "Tapi saya rasa pendanaan akan berasal dari kombinasi kas internal dan pinjaman, tidak mungkin dari internal semua," kata dia. Tapi dia menduga kedua emiten tidak akan kesulitan mencari pendanaan karena dana tingkat utang keduanya masih cukup kecil.Pada penutupan Jumat (26/02), harga UNTR menguat 0,66% menjadi Rp 23.050 per saham. Sedang ASII naik 0,29% menjadi Rp 51.550 per saham. Namun harga PTBA tetap Rp 20.000 per saham.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
PTBA dan Pama ikut proyek PLTU
JAKARTA. Anak usaha PT United Tractors Tbk (UNTR), PT Pamapersada Nusantara (Pama), dan PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) akan berkongsi menggarap pembangunan pembangkit listrik milik PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Dalam proyek kerja sama itu, PTBA mendapatkan jatah terbesar yaitu 55%. Sedangkan Pama mengambil porsi 30%. Sebesar 15% yang tersisa diambil oleh perusahaan asal India, Lanko.Nilai total pembangunan dua pembangkit yang akan digarap PTBA cs adalah US$ 1,17 miliar. Perinciannya, pembangkit di Riau memiliki kapasitas 2x300 MW nilainya berkisar US$ 720 juta hingga US$ 780 juta. Pembangkit kedua yang memiliki kapasitas 2x150 MW bernilai US$ 360 juta-US$ 390 juta.Sukrisno, Direktur Utama PTBA menyatakan, emiten tambang itu akan menggunakan dana kas yang dimiliki untuk ikut serta dalam proyek tersebut. Menurut laporan keuangan per akhir September 2010, PTBA memiliki kas Rp 4,8 triliun. Di proyek itu, selain bertindak sebagai kontraktor, PTBA juga akan menjadi pemasok batubara ke dua pembangkit tersebut. Butuh pinjamanDirektur Utama UNTR Djoko Pranoto masih enggan menyebut kebutuhan dana untuk ikut serta dalam proyek itu. Namun induk usaha UNTR, PT Astra International Tbk (ASII), menganggarkan US$ 500 juta untuk bisnis kontraktor pertambangan di 2011. Prijono Sugiarto Direktur Utama ASII mengungkapkan, anggaran belanja modal alias capital expenditure (capex) Pama memang paling besar dibandingkan anak usaha yang lain. Total capex ASII tahun ini mencapai US$ 1,3 miliar.Besarnya anggaran untuk Pama tidak lepas dari kontribusinya ke sang induk yang besar. Sepanjang 2010, Pama menyumbang 45,5% dari total pendapatan bersih UNTR yang mencapai Rp 37,32 triliun.Bisnis penjualan alat berat menyumbang 46,3% dari total pendapatan UNTR. Sisa pendapatan UNTR berasal dari tambang batubara yang dikelolanya di bawah bendera Dasa Eka Jasatama dan Tuah Turangga Agung.Kepala Riset Mandiri Sekuritas, Ari Pitoyo menilai, konsorsium ini akan sangat mempengaruhi kinerja PTBA. Karena selain menjadi kontraktor, PTBA juga akan bertugas memasok batubara ke PLTU.Ari menghitung, pembangkit listrik senilai 10.000 MW akan membutuhkan pasokan batubara 30 juta ton per tahun. Jika pembangkit itu sudah berjalan, penjualan batubara PTBA bakal terangkat.Ari menambahkan nilai proyek yang besar memang akan menjadi beban tersendiri bagi kedua emiten itu. "Tapi saya rasa pendanaan akan berasal dari kombinasi kas internal dan pinjaman, tidak mungkin dari internal semua," kata dia. Tapi dia menduga kedua emiten tidak akan kesulitan mencari pendanaan karena dana tingkat utang keduanya masih cukup kecil.Pada penutupan Jumat (26/02), harga UNTR menguat 0,66% menjadi Rp 23.050 per saham. Sedang ASII naik 0,29% menjadi Rp 51.550 per saham. Namun harga PTBA tetap Rp 20.000 per saham.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News