PTBA & KAI Garap Proyek Rel Senilai Rp 6,8 Triliun



JAKARTA. PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) mulai merealisasikan rencana ekspansinya. Perusahaan tambang batubara ini menggandeng PT Kereta Api Indonesia (KAI) untuk mendirikan perusahaan patungan bernama PT Sriwijaya Kereta Api Trans (SKAT) yang akan membangun jalur transportasi pengangkutan batubara di Sumatera Selatan.

Hari ini, Bukit Asam dan KAI telah menandatangani perjanjian pembentukan perusahaan patungan itu. Menurut Sukrisno, Direktur Utama Bukit Asam, perusahaannya akan memiliki 30% saham SKAT. Sedangkan KAI menjadi pemegang saham mayoritas, yakni 70%. SKAT akan membangun jalur kereta dari Tanjung Enim, Sumatera Selatan, hingga Pelabuhan Tarahan, Lampung, dan dari Tanjung Enim hingga Kertapati.

Total panjang jalur kereta ini mencapai 410 kilometer. Sedangkan nilai investasinya mencapai US$ 734 juta atau sekitar Rp 6,83 triliun. "Duit ini juga untuk menambah jumlah gerbong dan kereta api," ujar Sukrisno, tadi siang. Sesuai dengan porsi kepemilikannya di SKAT, emiten saham berkode PTBA itu akan menanggung kebutuhan dana sekitar US$ 220 juta atau Rp 2,05 triliun. Dia bilang, sumber dana itu seluruhnya akan berasal dari kas internal.


Jika sudah rampung, kapasitas pengangkutan batubara melalui rel itu bisa mencapai 8,4 juta ton per tahun. Dampaknya, volume penjualan Bukti Asam akan meningkat jadi 14,5 juta hingga 15 juta ton setahun. "Dengan adanya perusahaan patungan ini, kami juga memasang target produksi 20 juta ton per tahun, secara bertahap hingga tahun 2012," katanya. Pada tahun lalu, produksi batubara PTBA baru sembilan juta ton.

Selain itu, PTBA juga tengah merampungkan persiapan pendirian perusahaan patungan bersama PT Transpacific Infrastructure Development dan China Railway Engineering. "Sekarang, kita sedang mengurus izinnya," kata Sukrisno.

Perusahaan patungan yang belum memiliki nama itu akan membangun jalur kereta sepanjang 307 kilometer dengan nilai investasi mencapai US$ 1,06 miliar. "Kami akan punya 10% saham di sana," kata Sukrisno. Berarti, PTBA harus menganggarkan dana sebesar US$ 106 juta. Seluruh dana ini juga bersumber dari kas internal.

Sebagai catatan, sepanjang tahun ini, PTBA menargetkan bisa membukukan pendapatan sebesar Rp 7 triliun atau melonjak 58,7% dibandingkan setahun lalu. Selain itu, mereka mematok laba bersih bisa mencapai Rp 1,5 triliun atau meningkat dua kali lipat dari laba tahun lalu. "Laba bersih kami pada semester satu tahun ini saja sudah Rp 710 miliar," ujar Sukrisno.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie