KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Bukit Asam Tbk (PTBA, anggota indeks
Kompas100 ini,) masih menjaga kinerja produksi dan penjualan batubara pada Kuartal-I 2019. Emiten batubara plat merah ini masih meyakini, harga batubara yang masih diliputi tren penurunan tidak akan mengganggu target kinerja yang telah ditetapkan di sepanjang tahun ini. Sekretaris Perusahaan PTBA Suherman mengatakan, sepanjang Kuartal I ini, kinerja produksi dan penjualan batubara PTBA masih sesuai target. Meski belum bersedia menyampaikan detailnya, namun Suherman mengatakan bahwa terdapat peningkatan volume dibandingkan dengan produksi dan penjualan pada periode yang sama tahun lalu. "Terdapat peningkatan volume produksi mencapai 4% dan penjualan meningkat 1% dari periode yang sama tahun lalu," kata Suherman saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (10/4).
Asal tahu saja, pada tahun ini, PTBA mengerek target produksi menjadi 27,3 juta ton, atau menanjak sebesar 3,61% dibandingkan realisasi produksi tahun 2018 yang mencapai 26,35 juta ton. Sedangkan pada Kuartal I tahun lalu, batubara yang dihasilkan PTBA mencapai 5,3 juta ton. Meski target produksi masih terjaga, namun Suherman tak menampik tren penurunan harga batubara global akan berdampak terhadap target pendapatan perusahaan. Terutama pendapatan yang diperoleh dari penjualan ekspor. Hanya saja, lanjut Suherman, hal tersebut tidak berpengaruh signifikan di periode Kuartal I ini, karena penurunan harga batubara global masih dalam kisaran yang sudah diperkirakan. "Penurunan harga tersebut juga tidak berdampak pada pendapatan dari penjualan domestik terutama ke PLN karena HBA masih di atas US$ 70 per ton," terang Suherman. Seperti diketahui, Harga Batubara Acuan (HBA) April tersungkur di bawah US$ 90 per ton, yakni US$ 88,85 per ton. Angka itu turun sebesar 1,89% dibandingkan HBA Maret 2019 yang masih berada di angka US$ 90,57 per ton. HBA pun terus melanjutkan tren penurunan dan tidak pernah mencatatkan kenaikan sejak September 2018. Namun demikian, Suherman bilang bahwa tren pasar dan harga batubara saat ini tidak terlalu berpengaruh terhadap PTBA. Sebab, penjualan PTBA masih didominasi pasar domestik, terutama ke PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebesar 51%, sedangkan 49% baru dipasok ke pasar ekspor.
Suherman menyampaikan, untuk beradaptasi dengan tren pasar dan harga batubara saat ini, PTBA memiliki sejumlah strategi. Antara lain dengan melakukan efisiensi biaya yang dilakukan diseluruh fungsi kerja perusahaan dan meningkatkan produksi batubara kalori tinggi yang harganya relatif lebih stabil dan tinggi. "Kita meningkatkan produksi batubara high calori dari sekitar 1 juta ton menjadi 3,8 juta ton di tahun 2019, juga percepatan proyek hilirisasi batubara" terangnya. Suherman pun memprediksi, dinamika pasar dan tren harga batubara masih akan bergantung pada situasi di China. Termasuk hubungannya dengan penghentian impor China terhadap batubara Australia serta meningkatnya produksi dan pasokan batubara dari Rusia ke China, dimana saat ini cenderung over supply. Namun demikian, kata Suherman, PTBA tetap optimistis pasar akan berlanjut ke tren positif. Sebab batubara masih menjadi sumber energi utama bagi China dan sejumlah negara di Asia, terutama India dan Korea Selatan. "Juga terlihat dari Newcastle Index pada April ini yang sudah mulai ramp-up dan diharapkan dapat konsisten, jadi PTBA tetap optimis akan berlanjut ke tren positif," tandasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Azis Husaini