Jakarta. Perusahaan Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA) menargetkan pendapatan di kisaran Rp 9 triliun sampai Rp 10 triliun tahun depan. Angka ini sama dengna target pendapatan tahun ini."Pendapatan PTBA ditargetkan mencapai Rp 10 trilliun di tahun 2011 karena harga batubara ada di kisaran yang sama dengan tahun ini," kata Direktur Operasional Produksi PTBA, Milawarma di Tanjung Enim, Palembang, Jumat (5/11).Dalam keterangan PTBA kepada pers sebelumnya, harga jual rata-rata domestik di bulan Januari hingga September sekitar Rp 613.214/ton, sementara harga ekspor periode yg sama USD 65.44/ton.Kendati harga jual diprediksikan tidak berubah, PTBA toh tidak menurunkan target produksinya, yakni 14 juta ton. Dengan capex senilai Rp 1,4 hingga 1,5 trilliun, kata Mila, akan lebih efisien jika produksi mereka tidak diturunkan di tahun ini.Namun demikian, strategi penjualan agak dirubah, terutama untuk penjualan spot. Sejak tahun 2008, PTBA membuat hitungan ulang per tiga bulan untuk penjualan spot batubara dengann maksud menyesuaikan harga jual yang ada di pasar saat ini. Komposisi penjualan batubara selama ini adalah 70% ke pasar domestik, dan 30 persen diekspor. Untuk ekspor, separuhnya lewat term contract yang lamanya 1 tahun, sementara sisanya dengan spot. Negara yang banyak membeli lewat pasar spot adalah China, dan India, sementara pembeli untuk term contract adalah Jepang. "Harga batubara terguncang sejak China agresif membeli batubara dan tiba-tiba menghentikannya di tahun ini," kata Milawarma.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
PTBA targetkan pendapatan Rp 10 triliun tahun depan
Jakarta. Perusahaan Tambang Batubara Bukit Asam (PTBA) menargetkan pendapatan di kisaran Rp 9 triliun sampai Rp 10 triliun tahun depan. Angka ini sama dengna target pendapatan tahun ini."Pendapatan PTBA ditargetkan mencapai Rp 10 trilliun di tahun 2011 karena harga batubara ada di kisaran yang sama dengan tahun ini," kata Direktur Operasional Produksi PTBA, Milawarma di Tanjung Enim, Palembang, Jumat (5/11).Dalam keterangan PTBA kepada pers sebelumnya, harga jual rata-rata domestik di bulan Januari hingga September sekitar Rp 613.214/ton, sementara harga ekspor periode yg sama USD 65.44/ton.Kendati harga jual diprediksikan tidak berubah, PTBA toh tidak menurunkan target produksinya, yakni 14 juta ton. Dengan capex senilai Rp 1,4 hingga 1,5 trilliun, kata Mila, akan lebih efisien jika produksi mereka tidak diturunkan di tahun ini.Namun demikian, strategi penjualan agak dirubah, terutama untuk penjualan spot. Sejak tahun 2008, PTBA membuat hitungan ulang per tiga bulan untuk penjualan spot batubara dengann maksud menyesuaikan harga jual yang ada di pasar saat ini. Komposisi penjualan batubara selama ini adalah 70% ke pasar domestik, dan 30 persen diekspor. Untuk ekspor, separuhnya lewat term contract yang lamanya 1 tahun, sementara sisanya dengan spot. Negara yang banyak membeli lewat pasar spot adalah China, dan India, sementara pembeli untuk term contract adalah Jepang. "Harga batubara terguncang sejak China agresif membeli batubara dan tiba-tiba menghentikannya di tahun ini," kata Milawarma.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News