JAKARTA. Kenaikan harga komoditas energi, termasuk batubara menjadi penyulut pergerakan harga saham PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA). Harga kontrak batubara untuk pengiriman Agustus 2016 di Newcastle mencapai US$ 55,60 per ton, Selasa (7/6). Harga batubara ini naik 20,09% dibandingkan dengan posisi akhir tahun lalu. Lucky Bayu Purnomo, Analis Danareksa Sekuritas mengatakan, harga batubara memberikan sentimen positif dalam jangka menengah dan panjang. Lucky memperkirakan, harga batubara bisa mencapai US$ 84,27 per metrik ton hingga penutupan tahun 2016.
"Prediksinya laba dan pendapatan bisa naik di antara 10%- 13%," kata Lucky. Christian Saortua, Analis Minna Padi Investama mengatakan, harga batubara di pasar spot terus menunjukan tren naik. Ini tentu akan memberikan harapan peningkatan harga jual rata-rata yang dapat meningkatkan pendapatan. "Banyak analis memperkirakan harga batubara bisa berada di level US$ 60," ujar Christian. Christian menambahkan, sentimen positif bagi PTBA pun muncul dari naiknya permintaan dari China dan Jepang pada kuartal pertama lalu. Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri mengatakan, ada sentimen harga dunia yang naik membuat harga saham PTBA merangkak naik juga. "Namun harga batubara internasional tidak mengalami kenaikan secara signifikan di tahun ini," kata Hans. Katalis positif yang lebih besar menurut Hans adalah proyek pemerintah khususnya listrik. Bila proyek listrik berjalan, pasokan batubara akan terserap banyak dan bisa menghindari
oversupply. Hans memprediksi, penjualan PTBA masih bisa turun 8% tapi laba per saham hanya turun sekitar 5%. Yudha Gautama, Analis Mandiri Sekuritas memprediksi, volume penjualan batubara PTBA bisa mencapai 22 juta ton dengan pertumbuhan laba bersih sebesar 6% tahun ini. "Penjualan terbesar masih ke PLN dengan kontrak 20 tahun akan membuat stabil permintaan batubara," kata Yudha dalam riset. Arandi Ariantara, Analis Bahana Securities mengungkapkan, kerja sama PTBA dan PLN bisa menambah volume penjualan. Arandi memprediksi, penjualan PTBA tahun 2016 akan naik menjadi Rp 15,50 triliun dengan laba bersih Rp 2,07 triliun. Lucky mengatakan, PLTU merupakan peluang sekaligus tantangan karena pembangkit listrik akan menggunakan batubara. "Namun regulasi pemerintah terkesan tumpang tindih mengakibatkan tekanan penjualan," kata Lucky.
Christian menambahkan, proyek PLTU pun akan menjadi peluang bagi PTBA, terutama untuk jangka panjang. Beberapa PLTU masih dalam tahap konstruksi dan
existing power plant juga masih mengandalkan diesel. Arandi mengatakan, ada risiko perlambatan ekonomi dan keterlambatan proyek PLN. Tapi tahun 2017 dan seterusnya, pendapatan PTBA akan tetap didukung oleh proyek pembangkit listrik dan permintaan batubara yang meningkat. Arandi merekomendasikan beli saham PTBA dengan target Rp 7.800. Yudha merekomendasikan beli dengan target harga Rp 8.000. Christian merekomendasi beli dengan target harga Rp 9.100. Lucky merekomendasi jual dengan target harga Rp 7.000. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie