JAKARTA. PT PP Tbk (PTPP) kian gencar berinvestasi untuk memperbesar bisnisnya. Namun, perusahaan pelat merah itu tidak hanya terfokus pada satu sektor dalam melakukan investasi tetapi terus melakukan diversifikasi sesuai peluang bisnis yang ada. Tahun ini, PTPP telah menyiapkan belanja modal sebesar Rp 21 triliun untuk ekspansi. Selain terus melakukan investasi di proyek-proyek tol, pembangkit listrik, pracetak dan properti, perusahaan konstruksi ini juga mulai menyasar investasi baru yakni di Bandara dan oil refinery (kilang minyak). PTPP berencana ikut berinvestasi di bandara Kulon Progo Yogyakarta. Agus Purbiano, Direktur Keuangan PTPP mengatakan pihaknya tengah mengikuti bidding contest yang diadakan PT Angkasa Pura I sebagai pengelola bandara tersebut bersaing dengan tiga BUMN karya lain. "Dalam waktu dekat akan diumumkan pemenangnya," kata Agus pada KONTAN, Kamis (22/6). Pembangunan Bandara Kulon Progo ditaksir akan menelan investasi sebesar Rp 10,9 triliun dengan rincian Rp 4,2 triliun untuk pembebasan lahan dan Rp 6,7 triliun untuk konstruksi. AP I ingin menggandeng mitra untuk membangun bandara yang ditargetkan akan beroperasi pada tahun 2019 tersebut karena di saat yang sama perusahaan itu juga tengah membangun banyak bandara lain yang membutuhkan investasi besar. Untuk membangun bandara tersebut, AP I mengharapkan 70% investasinya dibiayai mitra. Agus optimis PTPP bisa menang dalam bidding contest tersebut karena perusahaan memiliki leverage keuangan yang cukup besar. "Plafon pinjaman untk investasi kami saat ini sangat besar mencapai Rp15 triliun" kata Agus. Sementara Israwadi, Sekretaris Perusahaan AP I mengatakan penetapan mitra untuk bandara sudah dilakukan sebelum Lebaran di tataran internal perusahaan. Namun keputusan tersebut masih belum bisa diumumkan karena masih membutuhkan persetujuan Kementerian BUMN. Sementara rencana investasi PTPP di Kilang minyak baru dalam tahap kajian awal. Nugroho Agung Sanyoto, Sekretaris Perusahaan PTPP mengatakan rencana perusahaan masuk ke sektor tersebut untuk memperbesar bisnis energi perseroan. Perusahaan semula ingin mendorong pertumbuhan PP Energi dengan berinvestasi di proyek pembangkit listrik. Namun tender IPP dari PLN banyak mundur sehingga perusahaan mencari strategi lain untuk mengembangkan bisnis anak usahanya tersebut. Di sampin itu,lanjut Nugroho, prospek bisnis kilang minyak di Indonesia masih besar karena kebutuhan bahan bakar minyak masih sangat besar dan sangat bergantung pada impor. PTPP berencana bekerjasama dengan PT Indonesia Timur untuk membangun kilang minyak di Banteng Sulawesi Utara. "Indonesia Timur merupakan perusahaan importir minyak mentah yang sudah berpengalaman puluhan tahun. Mereka kekurangan storage. Saat ini kami juga baru mendapatkan kontrak dari mereka untuk pemangunan storage senilai Rp 2,3 triliun," kata Nugroho. PTPP mengkaji untuk membangun refinery dengan kapasitas 30.000 barel per day. Nantinya kilang tersebut direcanakan untuk mengolah minyak mentah yang diimpor PT Indonesia Timur dari Nigeria. "Kajiannya masih terus kita lakukan karena kalaumasuk ke sini harus ada kepastian supplainya dan membangun refinery juga harus disesuaikan dengan sumber minyaknya. Kami sudah kirim tim ke Nigeria untuk memastikan supplai dan ke Rusia untuk melihat mesinnya," jelasNugroho. Saat ini aset PP Energi masih belum besar. Independen Popwer Producer (IPP) yang telah dimilliki perusahan saat baru sekiar 100 MW dan bau-baru ini memenangkaninvestasi Pembangkit listrik Muara Labo 2 x200 MW dengan nilai sekitar Rp 7 triliun invertasi bersama konsorsium Cina dan PT Sewatama. Porsi PTPP 24%. Sementara tahun ini, perusaaan menargetkan investasi di IPP mencapai 600 MW. Hingga saat ini, PTPP baru menyerap belanja modal sebesar Rp 1,02 triliun atau 5% dari target. Sementara kontrak baru yang telah diperoleh hingga akhir Juni telah mencapai Rp 20,1 trilun atau separuh dari target tahun ini yakni Rp 40,6 triliun. Ini juga meningkat tajam dari periode yang sama tahun lalu yakni sebesar Rp 14 triliunan.
PTPP bidik investasi bandara dan kilang minyak
JAKARTA. PT PP Tbk (PTPP) kian gencar berinvestasi untuk memperbesar bisnisnya. Namun, perusahaan pelat merah itu tidak hanya terfokus pada satu sektor dalam melakukan investasi tetapi terus melakukan diversifikasi sesuai peluang bisnis yang ada. Tahun ini, PTPP telah menyiapkan belanja modal sebesar Rp 21 triliun untuk ekspansi. Selain terus melakukan investasi di proyek-proyek tol, pembangkit listrik, pracetak dan properti, perusahaan konstruksi ini juga mulai menyasar investasi baru yakni di Bandara dan oil refinery (kilang minyak). PTPP berencana ikut berinvestasi di bandara Kulon Progo Yogyakarta. Agus Purbiano, Direktur Keuangan PTPP mengatakan pihaknya tengah mengikuti bidding contest yang diadakan PT Angkasa Pura I sebagai pengelola bandara tersebut bersaing dengan tiga BUMN karya lain. "Dalam waktu dekat akan diumumkan pemenangnya," kata Agus pada KONTAN, Kamis (22/6). Pembangunan Bandara Kulon Progo ditaksir akan menelan investasi sebesar Rp 10,9 triliun dengan rincian Rp 4,2 triliun untuk pembebasan lahan dan Rp 6,7 triliun untuk konstruksi. AP I ingin menggandeng mitra untuk membangun bandara yang ditargetkan akan beroperasi pada tahun 2019 tersebut karena di saat yang sama perusahaan itu juga tengah membangun banyak bandara lain yang membutuhkan investasi besar. Untuk membangun bandara tersebut, AP I mengharapkan 70% investasinya dibiayai mitra. Agus optimis PTPP bisa menang dalam bidding contest tersebut karena perusahaan memiliki leverage keuangan yang cukup besar. "Plafon pinjaman untk investasi kami saat ini sangat besar mencapai Rp15 triliun" kata Agus. Sementara Israwadi, Sekretaris Perusahaan AP I mengatakan penetapan mitra untuk bandara sudah dilakukan sebelum Lebaran di tataran internal perusahaan. Namun keputusan tersebut masih belum bisa diumumkan karena masih membutuhkan persetujuan Kementerian BUMN. Sementara rencana investasi PTPP di Kilang minyak baru dalam tahap kajian awal. Nugroho Agung Sanyoto, Sekretaris Perusahaan PTPP mengatakan rencana perusahaan masuk ke sektor tersebut untuk memperbesar bisnis energi perseroan. Perusahaan semula ingin mendorong pertumbuhan PP Energi dengan berinvestasi di proyek pembangkit listrik. Namun tender IPP dari PLN banyak mundur sehingga perusahaan mencari strategi lain untuk mengembangkan bisnis anak usahanya tersebut. Di sampin itu,lanjut Nugroho, prospek bisnis kilang minyak di Indonesia masih besar karena kebutuhan bahan bakar minyak masih sangat besar dan sangat bergantung pada impor. PTPP berencana bekerjasama dengan PT Indonesia Timur untuk membangun kilang minyak di Banteng Sulawesi Utara. "Indonesia Timur merupakan perusahaan importir minyak mentah yang sudah berpengalaman puluhan tahun. Mereka kekurangan storage. Saat ini kami juga baru mendapatkan kontrak dari mereka untuk pemangunan storage senilai Rp 2,3 triliun," kata Nugroho. PTPP mengkaji untuk membangun refinery dengan kapasitas 30.000 barel per day. Nantinya kilang tersebut direcanakan untuk mengolah minyak mentah yang diimpor PT Indonesia Timur dari Nigeria. "Kajiannya masih terus kita lakukan karena kalaumasuk ke sini harus ada kepastian supplainya dan membangun refinery juga harus disesuaikan dengan sumber minyaknya. Kami sudah kirim tim ke Nigeria untuk memastikan supplai dan ke Rusia untuk melihat mesinnya," jelasNugroho. Saat ini aset PP Energi masih belum besar. Independen Popwer Producer (IPP) yang telah dimilliki perusahan saat baru sekiar 100 MW dan bau-baru ini memenangkaninvestasi Pembangkit listrik Muara Labo 2 x200 MW dengan nilai sekitar Rp 7 triliun invertasi bersama konsorsium Cina dan PT Sewatama. Porsi PTPP 24%. Sementara tahun ini, perusaaan menargetkan investasi di IPP mencapai 600 MW. Hingga saat ini, PTPP baru menyerap belanja modal sebesar Rp 1,02 triliun atau 5% dari target. Sementara kontrak baru yang telah diperoleh hingga akhir Juni telah mencapai Rp 20,1 trilun atau separuh dari target tahun ini yakni Rp 40,6 triliun. Ini juga meningkat tajam dari periode yang sama tahun lalu yakni sebesar Rp 14 triliunan.