JAKARTa. PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP) ingin memperbesar portofolio bisnis di bidang konstruksi pembangkit listrik. Perusahaan pelat merah tersebut tengah menanti beberapa tender proyek pembangunan pembangkit listrik yang diselenggarakan oleh PT PLN. PTPP menargetkan bisa menguasai proyek pembangkit listrik dengan total kapasitas 1.400 megawatt (MW). Kapasitas pembangkit listrik sebanyak itu berasal dari empat proyek. Perinciannya, satu proyek pembangkit listrik tenaga batubara di Kalimantan Barat berkapasitas 2x100 MW. Lantas, dua pembangkit listrik tenaga gas dan uap di Arun, Aceh dan Pekanbaru, Riau. Masing-masing pembangkit listrik tersebut berkapasitas 2x100 MW.
Terakhir, satu tender proyek pembangkit listrik berupa independent power producer (IPP) di wilayah Sumatera dengan kapasitas sebesar 800 MW. Untuk membangun pembangkit listrik itu, PTPP berencana menggandeng perusahaan BUMN lain. Direktur Pengembangan Bisnis, Riset dan Teknologi PT Pembangunan Perumahan Tbk Lukman Hidayat bilang, perkembangan tender keempat proyek itu, beragam. Tender proyek pembangkit listrik 2x100 MW di Kalimantan Barat saat iniĀ sudah memasuki proses penawaran harga. Sementara tender proyek pembangkit listrik di Pekanbaru, Riau sedang dalam proses menanti pengumuman pemenang tender. Lain lagi dengan perkembangan tender proyek pembangkit listrik di Arun, Aceh yang saat ini memasuki tahap kedua. "Belum dapat semua tapi ada proses tender yang sedang diikuti dan kami sedang menyiapkan semuanya," ujar Lukman, kepada KONTAN, Senin (27/7). PTPP berharap semua proses tender yang tengah mereka lakoni berjalan mulus. Perusahaan tersebut berharap bisa mendapatkan keempat proyek tersebut. Harapannya, perusahaan ini bisa memulai pengerjaan proyek pada awal tahun depan. Proyek joint venture Asal tahu saja, nilai investasi proyek pembangkit listrik berkapasitas 2x100 MW adalah Rp 3 triliun. Itu berarti nilai investasi total dari empat pembangkit listrik berkapasitas 1.400 MW adalah senilai Rp 21 triliun. Namun tidak semua nilai investasi tersebut menjadi beban biaya yang harus PTPP tanggung. Karena menggunakan skema joint venture alias patungan, PTPP hanya menanggung sebagian dari nilai investasi proyek. Manajemen PTPP menyebutkan, minimal menanggung separuh total investasi keempat proyek pembangkit listrik itu. Jadi paling tidak PTPP harus merogoh kocek sekitar Rp 10,5 triliun. Untuk memenuhi kebutuhan dana investasi tersebut, PT PP akan mencuil dana internal dan mengajukan kredit ke perbankan. "Kami juga mengharapkan kemungkinan adanya adanya penyertaan modal negara," ujar Lukman.
Selain mengincar tambahan proyek pembangkit listrik anyar, PTPP tengah mengerjakan proses konstruksi pembangkit listrik berkapasitas 2x 200 MW di Gorontalo. Target lama pengerjaan konstruksi pembangkit listrik itu adalah satu tahun sampai 1,5 tahun ke depan. Asal tahu saja, bisnis jasa konstruksi masih menjadi tulang punggung pendapatan PT PP. Selama tahun 2014 misalnya, bisnis jasa konstruksi tercatat Rp 10,66 triliun. Nilai itu setara dengan kontribusi 85,79% terhadap total pendapatan Rp 12,43 triliun. Di kuartal I-2015, pendapatan jasa konstruksi juga masih mendominasi hingga 70,17% terhadap total pendapatan. Pendapatan jasa konstruksi tercatat Rp,39 triliun. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Havid Vebri