KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten konstruksi diprediksi masih belum mulus di semester II 2023. Saat ini, beberapa proyek pembangunan sudah mulai kembali bergulir, termasuk pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Misalnya saja, PT PP (Persero) Tbk (
PTPP) mencatatkan perolehan kontrak baru sampai dengan akhir Juni 2023 sebesar Rp 11,62 triliun. Perolehan kontrak baru ini tumbuh 6,31% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya (yoy) sebesar Rp 10,93 triliun. Dalam siaran pers, Selasa (11/7), Sekretaris Perusahaan PTPP Bakhtiyar Efendi mengatakan, sampai dengan Juni 2023, kontrak baru dari pemerintah (Government) mendominasi perolehan kontrak baru, yaitu dengan kontribusi sebesar 45,67%.
Baca Juga: Simak Prospek Kinerja Emiten Konstruksi di Semester II 2023 PTPP juga sudah mengantongi total nilai kontrak senilai Rp 4,15 triliun dari proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) per Juni 2023. Namun, berkaca pada kasus BUMN Karya sebelumnya, pemerintah sebagai pemilik proyek kerap lambat membayar. Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan, prospek dari IKN untuk emiten konstruksi, seperti PTPP, memang berita baik. Namun, keuntungan yang bisa berhasil dari proyek tersebut hanya akan terwujud dan terlihat dalam jangka waktu yang panjang.
“Sehingga, sentimen positif ini minim dampaknya terhadap kinerja keuangan dan saham emiten konstruksi, termasuk BUMN Karya,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (12/7).
Baca Juga: United Tractors (UNTR) Dorong Bisnis Non Batubara Menurut Arjun, kinerja sektor infrastruktur secara
year to date juga masih negatif. Hal itu diakibatkan kegagalan atau penundaan pembayaran utang.
Sentimen negatif tersebut akan berdampak ke kinerja emiten di semester II 2023. “Itu juga ditambah dengan tingkat suku bunga yang masih tinggi, sehingga masih terus memberi tekanan terhadap emiten konstruksi,” paparnya. Selain IKN, sentimen positif yang mempengaruhi kinerja emiten konstruksi adalah rangkaian Pemilu 2024. “Sebab, secara historis, satu tahun sebelum Pemilu 2014 dan Pemilu 2019, sektor infrastruktur mengalami kinerja yang tinggi,” ungkapnya. Meskipun begitu, Arjun pun belum memberikan rekomendasi untuk emiten di sektor infrastruktur. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli