PTRO dan Kideco angkat saham INDY



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indika Energy Tbk (INDY) menyedot perhatian pasar. Harga saham emiten tambang ini masuk jajaran 10 besar top gainers di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Sejak awal tahun hingga kemarin (ytd), harga saham INDY sudah melesat 345,39%. INDY berada di posisi enam untuk saham pemberi return tertinggi di BEI. Adapun lima saham teratas berturut-turut adalah WICO dengan return 1.200%, OKAS (656%), INKP (444,50%), PDES (409,84%) dan BINA (386,40%).

Tren kenaikan saham INDY beriringan dengan rencana emiten tambang ini untuk menggeber ekspansi bisnis. Salah satunya, menuntaskan penambahan atas saham PT Kideco Jaya Agung.


INDY melalui anak usaha PT Indika Inti Corpindo berhasil menambah 45% saham di Kideco Jaya. Setelah mendapat persetujuan pemerintah dan memenuhi semua kondisi prasyarat yang diatur dalam perjanjian pembelian saham, maka INDY otomatis resmi menjadi pemegang saham mayoritas di Kideco.

Kini, INDY menguasai total kepemilikan 91% saham Kideco Jaya, dari semula 46% saham. Sementara Samtan mempertahankan kepemilikan 9% saham di Kideco. "Kami mengapresiasi dukungan pemerintah melalui Kementerian ESDM dan BKPM, sehingga proses akuisisi ini berjalan seperti harapan," ujar Arsjad Rasjid, Direktur Utama dan CEO Grup Indika Energy, dalam keterangan yang diterima KONTAN belum lama ini.

Penutupan transaksi akuisisi ditandai dengan penandatanganan akta jual beli oleh seluruh pemegang saham yang terlibat dalam transaksi jual-beli di hadapan notaris pada 6 Desember 2017. Pembayaran total US$ 517,5 juta juga sudah dilaksanakan dalam proses penutupan transaksi itu.

Setelah proses akuisisi, Direktur INDY Azis Armand mengatakan, fokus utama INDY ke depan adalah memastikan operasi dari Kideco Jaya tetap berjalan seperti biasa. "Setelah perubahan komposisi pemegang saham, kami akan mulai mengidentifikasi potensi improvement," ungkap dia kemarin.

Belanja modal 2018

Untuk menghadapi bisnis tahun depan, INDY berancang-ancang menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) US$ 90 juta atau lebih dari Rp 1 triliun.

Sebagai perbandingan, di tahun ini INDY mengalokasikan capex US$ 88 juta. Ini berarti ada kenaikan sekitar 2,27% untuk capex 2018. "Sumber dananya kombinasi antara kas internal dan leasing," ungkap Azis.

Ke depan, INDY akan fokus pada bisnis anak usahanya yang baru saja dikuasai secara penuh, yakni Kideco. Pada 2018, produksi batubara Kideco ditargetkan meningkat 6% jadi 34 juta ton dari estimasi 32 juta ton di tahun ini.

Azis menjelaskan, sentimen yang krusial memengaruhi kinerja INDY di 2018 adalah perubahan harga jual batubara. Lalu, faktor cuaca yang berdampak ke produksi dan harga minyak yang memengaruhi biaya produksi.

Tapi, INDY optimistis, pendapatan tahun depan akan berubah secara signifikan. Perubahan signifikan sebagai implikasi dari terkonsolidasinya pendapatan Kideco Jaya selama setahun penuh dibandingkan dengan kurang lebih satu bulan di tahun ini.

Selain memperkuat Kideco Jaya, INDY akan mengalokasikan belanja modal 2018 untuk sejumlah kebutuhan. Misalnya, pergantian alat berat anak usahanya, PT Petrosea Tbk (PTRO). Dengan capex itu, PTRO diharapkan mampu menghasilkan pendapatan diatas US$ 15 juta di 2018.

Seperti tahun ini, PTRO juga mendapat alokasi capex paling besar. Dari anggaran US$ 88 juta, sebesar US$ 68,3 juta atau 78% dari total capex dialokasikan untuk PTRO. Namun hingga kuartal III 2017, realisasi capex PTRO masih minim, baru US$ 1,7 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia