PTRO menambang bisnis tambang



JAKARTA. Kendati harga batubara tak lagi membara, PT Petrosea Tbk (PTRO) tetap menggenjot ekspansi. Emiten penyedia jasa pertambangan terintegrasi ini berencana membesarkan pangkalan logistik lepas pantai  petrosea atau petrosea offshore supply base (POSB) di Tanjung Batu, Kalimantan Timur.Asal tahu tahu saja, segmen usaha PTRO saat ini terbagi dalam tiga kelompok, yakni pertambangan, penyediaan jasa, rekayasa dan konstruksi. Nah, bisnis POSB masuk dalam katagori segmen jasa.Di segmen ini, PTRO menyediakan jasa  fasilitas pangkalan logistik, jasa tenaga kerja ahli di bidang perancangan teknik rekayasa serta jasa pengolahan air bersih.Vice President Director PTRO, Sudirman Said, belum lama ini, mengatakan, pihaknya telah memulai studi awal dan persiapan untuk proyek perluasan POSB. PTRO berharap, proyek ini rampung tahun 2015 mendatang. Kata Sudirman, nilai investasi proyek tersebut mencapai US$ 35,40 juta.Prospek pertumbuhan bisnis POSB menyebabkan PTRO berani menggelar ekspansi tersebut. Sebagai contoh, di bulan September 2013, PTRO menandatangani kontrak dengan Chevron Indonesia Company untuk proyek Indonesia Deepwater Development (IDD) yang menggunakan POSB sebagai pendukung jasa dan logistik.Sebelumnya, PTRO pada Maret 2013, telah menggaet kontrak selama lima tahun untuk melaksanakan inspeksi out of service project di anjungan Parameswara.Sebulan kemudian, PTRO menandatangani kontrak rekayasa, pengadaan, dan konstruksi dengan PT Indonesia Pratama. Ini merupakan proyek rekayasa jalan pengangkutan batubara sepanjang 69 kilometer (km) dari Pelabuhan Senyiur ke tambang batubara Tabang, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.Pada saat bersamaan, PTRO juga mengikat kontrak dengan PT Indonesia Bulk Terminal (IBT) untuk mengerjakan rekayasa, konstruksi terminal batubara Pulau Laut, Kalimantan Selatan.Harga batubaraKonsekuensi ekspansi PTRO di bidang tambang tak terlepas dari keputusan perubahan usaha perseroan menjadi kontraktor pertambangan dari kontraktor minyak dan gas (migas). Saat ini, sekitar 86% dari total pendapatan PTRO berasal dari bisnis pertambangan.Sayang, bisnis batubara kini tengah lunglai. Alhasil, pendapatan PTRO di kuartal I 2014 turun 10,38% year on year (yoy) menjadi US$ 81,52 juta. Bahkan, laba bersih PTRO anjlok 72,18% menjadi US$ 2,10 juta. Kondisi serupa sudah terjadi sejak 2013.Presiden Direktur PTRO, Eddy Junaedi Danu dalam rilis laporan keuangan 2013 bilang, penurunan kinerja PTRO akibat dari penurunan volume pengupasan tanah penutup, kerugian di salah satu anak usaha yakni PT Santan Batubara, serta kenaikan beban bunga, termasuk jatuhnya harga batubara.Namun, manajemen PTRO memprediksi, harga batubara akan kembali stabil tahun ini. Asumsinya berasal dari pertumbuhan ekonomi negara importir batubara dan peningkatan konsumsi listrik.Oleh sebab itu, PTRO menilai investasi besar di bidang energi perlu dilakukan dalam jangka menengah. Ke depan, PTRO berkomitmen untuk meningkatkan produktivitas di seluruh proyek lokasi tambang dan meningkatkan diversifikasi sumber pendapatan. Namun PTRO akan tetap mempertahankan jasa pertambangan sebagai bisnis utamanya.Semisal, di tahun 2014, PTRO akan meningkatkan produksi pengupasan lapisan tanah (overburden removal), menjadi 155,1 juta meter kubik tanah asli atau bank cubic meter (bcm) dari 141 juta bcm. Dana untuk overburden removal berasal dari belanja modal 2014.Tahun ini, PTRO menganggarkan belanja modal US$ 48 juta, naik 50% dari tahun lalu. Kemarin, harga PTRO turun 1,87% ke Rp 1.315.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Yuwono Triatmodjo