KONTAN.CO.ID - LONDON. Sebotol red wine (anggur merah) yang berada di luar angkasa lebih dari 1 tahun diprediksi bakal menjadi wine termahal di dunia. Hal ini terjadi setelah balai lelang Christie's, akan menjual sebotol Pétrus 2000, yang sempat menghabiskan waktu selama 14 bulan di atas Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) sebelum kembali ke Bumi pada bulan Januari silam. Dalam perkiraannya, balai lelang asal Inggris itu akan berhasil menjual wine tersebut di kisaran harga US$ 1 juta setara Rp 14,3 miliar. (US$ 1 = Rp 14.300)
Itu akan membuat wine tersebut menjadi wine termahal yang pernah dijual. Asal tahu saja, rekor harga penjualan wine termahal masih dicetak sebotol Romanee-Conti Franch Burgandy yang dijual balai lelang Sotheby's pada tahun 2018 silam. Kala itu, seorang pembeli anomi membayar US$ 558.000 untuk wine yang diproduksi tahun 1945 tersebut. Sebotol wine Chateau Pétrus 2000, yang berasal dari perkebunan anggur di wilayah Bordeaux Prancis, biasanya dihargai kurang lebih dari US$ 7.000, menurut Wine-Searcher. Nantinya, pembeli wine luar angkasa ini juga bakal menerima sebotol Pétrus 2000 antik yang tidak dibawa ke luar angkasa, untuk membandingkan perbedaan dalam rasa antara kedua wine tersebut. Seperti diketahui, ada selusin botol Pétrus 2000 menghabiskan waktu selama 14 bulan dalam gravitasi nol di atas kapal ISS, dan mengorbit sambil menempuh jarak 17.000 mil per jam. Wine tersebut ditempatkan di ISS oleh perusahaan riset Eropa Space Cargo Unlimited dengan tujuan mempelajari efek perjalanan luar angkasa pada proses penuaan wine.
Baca Juga: 5 Negara penghasil kopi terbesar di dunia, termasuk Indonesia Pada bulan Maret, panel ahli anggur dan ahli oenologi yang dikumpulkan oleh Institut Ilmu Anggur dan Anggur di Bordeaux melakukan uji rasa terhadap botol Pétrus 2000 yang sudah berada di luar angkasa yang tidak dijual. Mereka membandingkan wine ruang angkasa dengan botol dengan model lama yang sama yang telah menua secara normal di Bumi, menemukan adanya perbedaan dalam rasa, warna, dan aroma wine. Seorang panelis, yang merupakan koresponden dari majalah Decanter, Jane Anson, bahkan mengatakan bahwa wine yang berada di ruang angkasa, terasa seolah-olah telah berumur dua hingga tiga tahun lebih lama daripada anggur yang berada di Bumi. Para ahli menyebut wine yang ada di ruang angkasa memiliki umur yang "hebat," menurut Christie, dalam postingan blognya. Bahkan dikatakan, beberapa panelis mengatakan, rasa wine ruang angkasa ini "menyerupai kelopak mawar, dan baunya seperti kulit yang diawetkan atau api unggun, dan bersinar dengan kilau oranye yang terbakar. " Sementara itu, sebotol Pétrus 2000 yang menua di Bumi biasanya dikenal memiliki aroma asap, blackberry, ceri, licorice, dan truffle, menurut Wine.com. Ahli biologi ruang angkasa Michael Labert mengatakan, bahwa perbedaan rasa terjadi setidaknya sebagian karena reaksi tertentu selama proses penuaan wine di Bumi, yang disebut konveksi, tidak terjadi pada gravitasi nol. Space Cargo Unlimited, yang juga mengirimkan ratusan tanaman anggur anggur untuk perjalanan tersebut, berharap eksperimen tersebut akan membantu penelitian dalam proses pematangan anggur, termasuk bagaimana anggur dan tanaman anggur menyesuaikan dengan kondisi baru. Menurut Christie, kelompok tersebut menemukan bahwa tanaman merambat anggur sebenarnya tumbuh lebih cepat di luar angkasa daripada di Bumi, meskipun akses ke cahaya dan air lebih sedikit.
Baca Juga: Lukisan kepala beruang karya maestro Leonardo da Vinci ini tembus Rp 238 miliar "Akan sangat menarik untuk melihat data tentang bagaimana gravitasi nol, perubahan suhu, kelembapan, dan radiasi telah memengaruhi anggur pada tingkat molekuler," kata Tim Triptree, direktur internasional Christie’s Wine & Spirits Department, dalam sebuah pernyataan. "Dan siapa tahu, mungkin ini akan menjadi awal pemeliharaan anggur kosmik, atau bahkan Merlot Mars." Memang, Space Cargo Unlimited mengatakan akan menggunakan hasil penjualan botol anggur ruang angkasa untuk mendanai misi luar angkasa di masa depan dan penelitian tambahan tentang bagaimana kondisi gravitasi nol dan gravitasi rendah memengaruhi pertanian dan pemeliharaan anggur (budidaya anggur, khususnya). Perusahaan berharap dapat menemukan cara menanam varietas anggur anggur yang lebih tahan terhadap perubahan iklim dan kondisi pertumbuhan lainnya, sebagai cara untuk "menemukan kembali masa depan pertanian" pada saat perubahan iklim memengaruhi kondisi pertumbuhan di Bumi.
Editor: Anna Suci Perwitasari