PU akan monitor keberadaan kontraktor asing



JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) bisa berimbas pada munculnya celah bagi kontraktor asing untuk berkiprah di Indonesia.

Untuk itu, pemerintah berencana melakukan pendataan dan monitoring terhadap keberadaan kontraktor asing pada tahun depan.

Para kontraktor asing menjalani profesinya di berbagai bidang seperti jalan, kontraktor pertambangan, listrik, dan bangunan.


Kepala Badan Pembinaan Konstruksi (BP Konstruksi) Kementerian Pekerjaan Umum, Hediyanto W. Husaini mengatakan, saat ini kontraktor asing yang berada di pasar terbuka memang tak begitu kuat dan rata-rata keberadaan mereka adalah bagian dari perjanjian pinjaman luar negeri antara pemerintah Indonesia dengan negara peminjam, seperti China, Korea, dan Jepang.

"Tahun 2013 ini ada sekitar 280 kontraktor asing, kebanyakan berasal dari Asia. Tahun depan, kami mau cek apakah kontraktor asing ini masih semuanya kerja atau kontrak kerjanya sudah berakhir," ujar Hediyanto, Selasa (1/10).

Dia menambahkan, pemerintah sejatinya terus memonitor keberadaan kontraktor dan tenaga ahli konstruksi asing yang ada di Indonesia.

Menurutnya, monitoring itu dilakukan setiap tahun. Namun, jika biasanya dilakukan secara sample, pada tahun depan semuanya akan ditelusuri keberadaannya.

Pendataan dan monitoring bukan hanya terkait Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 atau ASEAN Community yang nantinya membuka kesempatan bagi kontraktor asing di ASEAN berkiprah di Indonesia. Saat ini tercatat ada 90.000 perusahaan konstruksi lokal di Indonesia. Dari jumlah itu, 95% tergolong kontraktor kelas menengah ke bawah yang sulit secara permodalan. Sementara itu, lemahnya nilai rupiah membuat banyak kontraktor asing merangsek ke Indonesia dengan "banting harga", sehingga membuat banyak keluhan yang terlontar dari para kontraktor lokal.

Berikut jumlah Badan Usaha Jasa Konstruksi (BUJK) Asing dari tahun ke tahun :

2004 : 103 perusahaan 2005 : 125 perusahaan 2006 : 167 perusahaan 2007 : 118 perusahaan 2008 : 195 perusahaan 2009 : 198 perusahaan 2010 : 207 perusahaan 2011 : 253 perusahaan 2012 : 275 perusahaan 2013 : 280 perusahaan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan