JAKARTA. Masalah kekeringan menjadi hal yang memprihatinkan saat ini, terutama menyangkut masalah irigasi pertanian yang berdampak langsung kepada petani. Tapi secara umum status ketersediaan air secara nasional masih tergolong baik dan hanya wilayah Jawa yang termasuk kategori waspada. Hal itu dikatakan oleh Mohammad Hassan, Dirjen Sumber Daya Air (SDA) Kementerian Pekerjaan Umum (Kemen PU). Menurut Hassan mengatakan bahwa wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah menjadi daerah yang terkena dampak paling besar. "Di Jawa Barat sekitar 66.000 hektare lahan yang kekeringan dan Jawa Tengah sekitar 12.000 hektare," kata Hassan, Jumat (7/9). Ia bilang di Jawa Barat yang mengalami kekeringan terfokus pada 4 kabupaten yakni Indramayu, Cirebon, Ciamis, Sukabumi, dan sebagian Karawang. "Sawah-sawah di daerah tersebut masih didominasi oleh irigasi tanpa bendungan dan hanya mengandalkan curah hujan," katanya. Ia mengadakan tiga waduk yang berada di Jawa Barat yakni Jatiluhur, Djuanda, dan Saguling Cirata semuanya berstatus waspada. Ia bilang waspada di sini adalah mengefisiensikan aliran dan pemakaiannya sekitar 10-15%. "Jumlah di waduk tersebut tetap cukup hingga datang musim hujan pada Oktober mendatang," katanya. Sementara itu, di wilayah Jawa Tengah, dari lima waduk yang ada, tiga di antaranya normal dan dua lainnya berstatus waspada. "Untuk Jawa Timur tidak ada kasus kekeringan karena mereka menaati musim tanam dan tidak melakukan penanaman ketiga," lanjut Hassan. Rencananya Kemen PU pada Oktober mendatang akan membuat hujan buatan. Hujan buatan ini menjadi solusi paling murah untuk mengisi waduk untuk proses irigasi tersebut. Biaya membuat hujan buatan itu sekitar Rp 1,7 miliar dalam 15 hari dan dapat menghasilkan 200 juta meter kubik. "Kami siapkan Rp 3 miliar untuk itu," ujarnya. Selain itu, ia juga bilang upaya mengolah air laut menjadi air tawar pun telah dilakukan. Dan ia bilang biaya pengolahannya sekitar Rp 10.000-Rp 15.000 per meter kubiknya. Selain dua cara itu, upaya mengatasi kekeringan menurut Hassan adalah dengan mengoptimalkan fungsi pompa. "Diharapkan bukan hanya waduk yang dimanfaatkan oleh petani tapi juga situ-situ di berbagai wilayah," lanjutnya. Agar kejadian ini tak berulang, Hassan mengatakan bahwa pihaknya telah mengimbau agar membangun semua infrastruktur yang sifatnya tampungan air. "Saat ini ada 9 waduk yang sedang dibangun dan tahun depan rencananya akan dibangun 11 waduk baru," jelasnya. Sementara itu, ia juga mengatakan akan merevitalisasi waduk yang volumenya berkurang akibat pendangkalan dan sedimentasi yang jumlahnya ratusan. Namun sayang, Hassan tak menyebut soal anggaran yang disiapkan institusinya. Menurut Hassan kekeringan tahun ini lebih parah dari tahun ini namun bukan yang terparah dalam lima tahun terakhir.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
PU mengaku siap atasi kekeringan
JAKARTA. Masalah kekeringan menjadi hal yang memprihatinkan saat ini, terutama menyangkut masalah irigasi pertanian yang berdampak langsung kepada petani. Tapi secara umum status ketersediaan air secara nasional masih tergolong baik dan hanya wilayah Jawa yang termasuk kategori waspada. Hal itu dikatakan oleh Mohammad Hassan, Dirjen Sumber Daya Air (SDA) Kementerian Pekerjaan Umum (Kemen PU). Menurut Hassan mengatakan bahwa wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah menjadi daerah yang terkena dampak paling besar. "Di Jawa Barat sekitar 66.000 hektare lahan yang kekeringan dan Jawa Tengah sekitar 12.000 hektare," kata Hassan, Jumat (7/9). Ia bilang di Jawa Barat yang mengalami kekeringan terfokus pada 4 kabupaten yakni Indramayu, Cirebon, Ciamis, Sukabumi, dan sebagian Karawang. "Sawah-sawah di daerah tersebut masih didominasi oleh irigasi tanpa bendungan dan hanya mengandalkan curah hujan," katanya. Ia mengadakan tiga waduk yang berada di Jawa Barat yakni Jatiluhur, Djuanda, dan Saguling Cirata semuanya berstatus waspada. Ia bilang waspada di sini adalah mengefisiensikan aliran dan pemakaiannya sekitar 10-15%. "Jumlah di waduk tersebut tetap cukup hingga datang musim hujan pada Oktober mendatang," katanya. Sementara itu, di wilayah Jawa Tengah, dari lima waduk yang ada, tiga di antaranya normal dan dua lainnya berstatus waspada. "Untuk Jawa Timur tidak ada kasus kekeringan karena mereka menaati musim tanam dan tidak melakukan penanaman ketiga," lanjut Hassan. Rencananya Kemen PU pada Oktober mendatang akan membuat hujan buatan. Hujan buatan ini menjadi solusi paling murah untuk mengisi waduk untuk proses irigasi tersebut. Biaya membuat hujan buatan itu sekitar Rp 1,7 miliar dalam 15 hari dan dapat menghasilkan 200 juta meter kubik. "Kami siapkan Rp 3 miliar untuk itu," ujarnya. Selain itu, ia juga bilang upaya mengolah air laut menjadi air tawar pun telah dilakukan. Dan ia bilang biaya pengolahannya sekitar Rp 10.000-Rp 15.000 per meter kubiknya. Selain dua cara itu, upaya mengatasi kekeringan menurut Hassan adalah dengan mengoptimalkan fungsi pompa. "Diharapkan bukan hanya waduk yang dimanfaatkan oleh petani tapi juga situ-situ di berbagai wilayah," lanjutnya. Agar kejadian ini tak berulang, Hassan mengatakan bahwa pihaknya telah mengimbau agar membangun semua infrastruktur yang sifatnya tampungan air. "Saat ini ada 9 waduk yang sedang dibangun dan tahun depan rencananya akan dibangun 11 waduk baru," jelasnya. Sementara itu, ia juga mengatakan akan merevitalisasi waduk yang volumenya berkurang akibat pendangkalan dan sedimentasi yang jumlahnya ratusan. Namun sayang, Hassan tak menyebut soal anggaran yang disiapkan institusinya. Menurut Hassan kekeringan tahun ini lebih parah dari tahun ini namun bukan yang terparah dalam lima tahun terakhir.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News